Sri Sultan Hamengkubuwono X ke Alumni UGM: Harus Berpihak pada Rakyat
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X berpesan kepada lebih dari 30 kepala daerah, wakil kepala daerah, dan sekretaris daerah yang merupakan alumni UGM atau Universitas Gadjah Mada, untuk menerapkan kepemimpinan yang membumi dan berpihak pada rakyat, khususnya di tengah tantangan fiskal yang dihadapi banyak daerah saat ini.
“Kepemimpinan itu bukan sekadar kemampuan teknokratis, tapi soal keberpihakan. Berpihak pada rakyat, pada nilai-nilai kemanusiaan, dan itu semua bermula dari apa yang kita serap di kampus perjuangan ini,” ujar Sri Sultan dalam opening remarks saat membuka Kagama Regional Leaders Forum atau KRLF 2025, yang digelar di Balai Senat UGM, Yogyakarta, pada Jumat (12/12).
Mengusung tema ‘Sinergi Pusat–Daerah: Inovasi, Kolaborasi, dan Kepemimpinan di Era Pengetatan Fiskal’, KRLF 2025 menjadi panggung strategis bagi para kepala daerah dan pemimpin regional alumni UGM untuk berbagi praktik terbaik, membangun solidaritas, serta merumuskan arah kolaborasi pembangunan yang lebih adaptif.
Sultan juga mengingatkan bahwa saat banyak daerah menghadapi tekanan fiskal dan keterbatasan anggaran, para pemimpin harus mampu menjawab dengan kebijaksanaan, inovasi, serta keberanian mengambil keputusan yang berpihak.
“Yang kita butuhkan hari ini adalah pemimpin yang mau dan mampu mendengar denyut rakyat, bukan hanya mengeksekusi angka-angka dari pusat,” Sri Sultan Hamengkubuwono X menambahkan.
KRLF 2025 dihadiri lebih dari 30 kepala daerah, wakil kepala daerah, dan sekretaris daerah yang merupakan alumni UGM dari berbagai wilayah di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah Walikota Yogyakarta Hasto Wardoyo, Bupati Banyumas Sadewo Tri Lastiono, Wakil Bupati Garut Luthfianisa Putri Karlina hingga Sekda Halmahera Utara Erasmus Papilaya.
Hadir pula Rektor UGM Prof. dr. Ova Emilia dan Ketua Umum PP Kagama Basuki Hadimuljono.
Diskusi panel berlangsung hangat dengan tema ‘Transformasi Daerah Berbasis Nilai: Kepemimpinan, Inovasi, dan Pemberdayaan Rakyat’. Para peserta membagikan best practices dan strategi inovatif yang dilakukan di daerah masing-masing. Dalam sesi Focus Group Discussion atau FGD, para pemimpin daerah merumuskan Blueprint Kepemimpinan UGM untuk transformasi daerah yang berkelanjutan.
Forum itu menjadi ajang silaturahmi dan konsolidasi kepemimpinan daerah berbasis nilai, serta wadah untuk membangun jejaring lintas-wilayah.
Dalam sambutannya, Basuki Hadimuljono menyampaikan bahwa KRLF menjadi refleksi penting tentang bagaimana alumni UGM menjaga idealisme, meski telah berada di pusaran kekuasaan daerah.
“Alumni UGM harus jadi penggerak perubahan yang tak kehilangan akar. Kita bukan sekadar administrator, tapi pembawa semangat kerakyatan dalam setiap kebijakan,” ujar Basuki.
Ia juga menyampaikan, transformasi bangsa tidak akan mungkin terjadi tanpa transformasi dari daerah. “Dan transformasi daerah hanya mungkin kalau kita berkolaborasi dan saling belajar,” Basuki menambahkan.
Forum itu juga menghasilkan berbagai rumusan kebijakan strategis dan rencana tindak lanjut dalam bentuk jejaring Kagama Regional Leaders Network, yang akan menjadi wadah kolaboratif antar-pemimpin alumni UGM lintas-daerah.
KRLF ditutup dengan dialog antar-wilayah, refleksi bersama, dan komitmen memperkuat kontribusi alumni UGM dalam membangun daerah sebagai fondasi transformasi nasional.