Harga Komoditas & Daya Beli Tentukan Nasib Industri Otomotif Tahun Ini

ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/aww.
Sebuah mobil melintas di dekat mobil baru yang terparkir di PT Indonesia Terminal Kendaraan atau IPC Car Terminal, Cilincing, Jakarta, Kamis (11/2/2021).
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Maesaroh
9/2/2022, 15.25 WIB

Penjualan mobil diperkirakan akan melemah pada tahun ini karena sejumlah faktor. Namun, kenaikan harga komoditas bisa menjadi pembeda dan pendorong industri otomotif pada tahun ini.

Kemungkinan melemahnya kinerja industri otomotif tersebut tercermin dalam survey konsumen yang dilakukan Inventure-Alvara pada akhir 2021. 

Survey Inventur-Alvara menunjukan bahwa 61,8% memilih untuk menggunakan transportasi publik pada 2022 dibandingkan kendaraan pribadi. Selain itu, sentimen pembelian kendaraan sepanjang kuartal IV-2021 stabil cenderung menurun. 

Sebagai informasi,  data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyebutkan penjualan mobil pada tahun 2021 mencapai 887.200 unit. Angka tersebut melonjak 67% dibandingkan yang tercatat pada tahun 2020 (532.407 unit).

Direktur Marketing PT Astra Daihatsu Motor(ADM) Amelia Tjandra mengatakan meningkatnya minat masyarakat untuk menggunakan transportasi publik tidak selalu berbanding lurus dengan menurunnya penjualan mobil.

Menurutnya, Faktor paling menentukan dalam kinerja otomotif domestik adalah tingkat daya beli masyarakat.

 "Coba dibandingkan pasar mobil dan angkutan umum (di Jepang), masih sangat tinggi (tingkat pemilikan mobil per kapita) setahun, bisa sampai 4 jutaan. Kita sendiri (sekitar) 800 ribu (pada 2021). Artinya, angkutan umum bukan jadi halangan untuk industri otomotif berkembang, kepemilikan mobil tetap dibutuhkan," kata Amelia dalam Indonesia Industry Outlook 2022, Rabu (9/2). 

Amelia menambahkan sudah ada indikasi perbaikan daya beli masyarakat sejak akhir 2021, yakni peningkatan penjualan mobil komersial perseroan, seperti Gran Max. 

Peningkatan pembelian mobil komersial pada akhir tahun diduga disebabkan oleh peningkatan harga komoditas, khusus minyak sawit mentah (CPO).

Sebagai iinformasi, ada jutaan masyarakat Indonesia terutama di Sumatera dan Kalimantan yang menggantungkan hidupnya pada CPO.

Kenaikan harga CPO akan berdampak langsung pada meningkatnya pendapatan dan tingkat daya beli mereka.

Amelia berpendapat investasi pemerintah dalam perbaikan maupun pembangunan infrastruktur juga akan mempercepat perbaikan daya beli di masyarakat. Kondisi tersebut akan menguntungkan industri otomotif.
"Begitu mobil komersial naik, ekonomi berkembang, GDP naik, daya beli dan pasar mobil meningkat," kata Amelia. 

Amelia mencatat telah ada perbaikan kinerja penjualan mobil pada awal 2022. Amelia mencatat penjualan mobil per Januari 2022 naik hingga 48,14% secara tahunan menjadi 80 ribu unit dari 54 ribu unit. 

Amelia juga menilai kinerja industri pembiayaan kendaraan bermotor atau leasing akan sangat mempengaruhi.

Pasalnya, Amelia mencatat pembelian kendaraan bermotor melalui perusahaan leasing mencapai 80% dari total penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri. 

Penjualan grosir Daihatsu sepanjang 2021 mencapai 169.908 unit atau naik 87,29% secara tahunan menjadi 169.908 unit dari 90.724 unit. Sementara itu, penjualan ritel naik 51,06% menjadi 151.107 unit. 

Penjualan mobil Daihatsu terbanyak selama 2021 terjadi pada Desember 2021 atau mencapai 18.157 secara ritel.  

Sebagai informasi, secara historis, penjualan mobil biasanya meningkat menjelang akhir tahun. Salah satunya dibantu oleh banyaknya pameran mobil yang berlangsung di ujung tahun.

Amelia menilai perbaikan performa perseroan pada 2021 disebabkan oleh pemberian insentif pajak pertambahan nilai barang mewah ditanggung pemerintah (PPnBM DTP). 

Amelia menyarankan konsumen agar melakukan pembelian dengan cepat pada tahun ini. Pasalnya, insentif PPnBM DTP akan berkurang pada tahun ini. 

 Sebagai informasi, PPnBM DTP bagi mobil low cost green car (LCGC) masih akan mendapatkan insentif PPnBM DTP secara penuh, namun hanya sampai akhir kuartal I-2022. Insentif itu akan terus berkurang dan tidak diberikan lagi pada awal kuartal IV-2022. 

Sementara itu, insentif PPnBM DTP untuk mobil di bawah harga Rp 250 juta juga akan berkurang menjadi 7,5% pada kuartal I-2022. Setelah itu, PPnBM mobil di bahwa Rp 250 juga akan berjalan normal atau sebanyak 15%. 

"Kami bersyukur dengan adanya insentif ini walau tidak lebih besar dari tahun lalu. Tapi, dengan adanya insentif dan pertumbuhan daya beli, saya percaya (kinerja) industri otomotif akan naik (tahun ini)," kata Amelia. 

Reporter: Andi M. Arief