Masuk Musim Kemarau, Bulog Klaim Stok Beras Cukup Sampai Akhir Tahun

Antara Foto / Rony Muharrman
Seorang pekerja sedang memasukan beras di sebuah gudang Bulog di Pekan Baru, Riau.
Penulis: Rizky Alika
Editor: Ekarina
8/7/2019, 18.47 WIB

Perum Bulog mengklaim stok beras tetap terjaga sampai akhir tahun meskipun sebagian wilayah di Indonesia saat ini memasuki musim kemarau. Sekretaris Perusahaan Bulog Awaludin Iqbal mengatakan kecukupan tersebut didasari oleh kondisi cadangan beras pemerintah (CBP) saat ini yang mencapai 2,2 juta ton.

Selain dari stok di gudang, pihaknya juga bekerjasama dengan pihak lain untuk mengamankan pasokan. "Kami sudah tugaskan Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) beras medium. Jadi sampai akhir tahun stok mencukupi," kata dia kepada katadata.co.id, Senin (8/7).

Ia pun menjamin, pasokan beras bakal merata di seluruh daerah, termasuk daerah yang mengalami kekeringan. Terlebih lagi, penyaluran beras terbesar dilakukan di Jawa.

(Baca: Musim Kemarau, Luas Lahan Gagal Panen Capai 9.358 Hektare)

Senada, Kementerian Pertanian (Kementan) menjamin musim kemarau tak mengganggu pasokan beras saat ini. Sebab, luas lahan yang kekeringan pada tahun ini masih dikategorikan kecil.

"Sekarang saja kekeringannya kecil, masa ribut stok beras. Sekarang harga beras murah, (stok) masih aman sekali," kata Dirjen Tanaman Pangan Kementan Sumarjo Gatot Irianto di kantornya, Jakarta, Senin (8/7).

Untuk mengompensasi lahan sawah yang kekeringan, Kementan akan melakukan penanaman di 670 ribu hektare (ha) sawah untuk menggantikan lahan sawah yang kekeringan seluas 102.746 ha.

Pada lahan tersebut akan ditanami benih padi varietas Inbrida Padi Gogo (inpago) yang akan tetap tumbuh di lahan kering sehingga dapat memproduksi 5-7 ton padi saat memasuki musim panen.

(Baca: Bulog Batal Ekspor Beras karena Harga di Dalam Negeri Lebih Mahal)

Adapun untuk lahan kompensasi yang digunakan merupakan lahan kering maupun rawa dengan intensitas hujan yanag cukup. Lokasi lahan tersebar di wilayah Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan.

Gatot menambahkan, daerah di luar Jawa, seperti Sumatera, Kalimantan, dan Papua masih ada ketersediaan air. "Kalau di luar Jawa, justru kalau sekarang kering, rawanya tinggi, airnya jadi turun sehingga bisa diolah," ujarnya.

Selain itu, Kementan juga menyediakan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) untuk mengganti rugi petani yang terdaftar dan lahan sawahnya mengalami gagal panen. Hingga 4 Juli 2019, realisasi AUTP di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara mencapai 232.255 ha.

Dengan mengajukan klaim, petani akan mendapatkan ganti rugi sebesar Rp 6 juta per hektar yang dibayarkan melalui PT Jasindo. Jangka waktu pertanggungan dimulai dari masa tanam sampai dengan masa panen yaitu sekitar empat bulan.

Kementan juga meminta setiap daerah membuka posko adaptasi kekeringan. "Posko untuk mitigasi, kekeringan, dan mencari potensi luas lahan tanam (LTT) di tiap kabupaten," kata dia.

Reporter: Rizky Alika