Stok Beras Capai 2,3 Juta Ton, Kementan Tak Takut Ancaman Kekeringan

ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho
Ilustrasi. Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyatakan, tak takut dengan berkurangnya curah hujan dan kemungkinan datangnya musim kemarau panjang yang bisa merusak hasil pertanian tahun ini.
25/6/2019, 09.00 WIB

Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyatakan, tak takut dengan berkurangnya curah hujan dan kemungkinan datangnya musim kemarau panjang yang bisa merusak hasil pertanian tahun ini. Ia mengatakan, Kementerian Pertanian (Kementan) telah menyiapkan infrastruktur pendukung bagi para petani.

"Kami sudah siapkan infrastruktur seperti irigasi, pompa, dan seterusnya. Produksi aman pokoknya," kata dia di Gedung Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Senin (24/6/2019). Infrastruktur tersebut dinilai dia sudah dipersiapkan sejak empat tahun lalu dan bisa langsung digunakan setiap musim kemarau.

Ia juga memastikan stok beras aman. Terdapat 2,3 juta ton stok beras di Perum Bulog. "Pokoknya stok beras Bulog aman dan banyak, ada 2,3 juta ton di Bulog," ucap Amran. Selain itu, ia turut menjelaskan bahwa proses produksi beras hingga saat ini aman terkendali.

Selain itu, Amran juga mengklaim, pihaknya telah bekerjasama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk memberikan informasi dan dan edukasi peringatan dini saat terjadi kekeringan kepada para petani. Tak hanya itu, beberapa petani sudah mendapatkan pelatihan soal pemahaman informasi iklim yang teraplikasi pada pertanian dalam program Sekolah Lapang Iklim (SLI) BMKG-Kementan.

Sebagai informasi, Program SLI sudah dimulai sejak tahun 2011. Hingga saat ini. tujuh ribu petani atau kelompok tani sudah menyandang status alumni SLI.

(Baca: Guru Besar IPB: Produksi Padi Berpotensi Turun Tahun Ini)

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksikan puncak musim kemarau akan terjadi pada Agustus-September 2019 mendatang. Akibat dari perubahan iklim itu, delapan provinsi di Indonesia diperkirakan akan mengalami kekeringan.

Delapan daerah yang dimaksud adalah Banten (Kab. Tangerang), Jawa Barat (seluruh wilayah), Yogyakarta (seluruh wilayah), Jawa Timur (Kab. Malang), Bali (Kab. Buleleng), NTB (seluruh wilayah), NTT (Kab. Lembata, Kota Belu, dan Kupang) dan Papua (Kab. Jayapura). Berdasarkan pengamatan BMKG, seluruh wilayah tersebut sudah tidak pernah diguyur hujan selama 30 hari.

Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santoso sebelumnya mengatakan, produksi padi pada tahun ini bisa lebih rendah dari tahun lalu jika kekeringan pada Agustus nanti tidak diantisipasi oleh pemerintah.

Panen pada Agustus 2019 diproyeksi dapat mendongkrak hasil panen sepanjang tahun meskipun jumlahnya tidak sebanyak musim panen April. Sebab, kualitas gabah pada panen Agustus lebih baik dibandingkan musim panen pada April 2019. Pada April lalu, banyak gabah tersimpan di petani dan mengalami kerusakan tinggi karena harga gabah jatuh.

Selain itu, ada pula kenaikan lahan panen. Luas lahan panen pada Agustus tahun lalu hanya mencapai satu juta hektare, sedangkan pada Agustus 2019 mencapai 1,4 juta hektare. "Makanya kalau panen di Agustus terganggu, ada potensi penurunan produksi padi di 2019 dibandingkan tahun lalu," kata dia kepada Katadata.co.id pada Jumat lalu.

(Baca: Genjot Produksi Musim Kemarau, Kementan Jaga Pasokan Beras Nasional )

Reporter: Agatha Olivia Victoria