Pemerintah terus memantau pergerakan harga bawang merah seiring dengan kenaikan harganya di pasar beberapa hari terakhir ini. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi permainan harga oleh spekulan yang berpotensi memberatkan konsumen ataupun merugikan petani.
Kenaikan harga bawang disambut baik para petani di sejumlah sentra utama. Terlebih, sepanjang Desember 2018-Februari 2019 harga bawang merah menurun di tingkat petani. Namun, Data Kementerian Pertanian menunjukkan, lonjakan harga bawang merah yang terjadi di pasar menghasilkan disparitas harga di tingkat petani dan ecer lebih dari Rp 20.000 per kg.
"Buat saya ini cukup mengejutkan, disparitas harga di tingkat petani sampai ke retail. Yang ngeruk untung ini siapa? Prinsipnya, sebagai salah satu komoditas strategis nasional, bawang merah perlu dijaga stabilitas harganya. Kalau harga terlalu tinggi akan berdampak tidak baik ke konsumen dan petani," kata Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Kementan Yasid Taufik melalui keterangan tertulisnya, Jakarta, Selasa (26/3).
Dia mengatakan sebagai patokan harga bawang merah, jika sudah di atas Rp 32.000 per kilogram (kg) di pasar, maka hal tersebut perlu diwaspadai. Menurutnya, harga batas atas tersebut merujuk pada Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 96 Tahun 2018 yang menetapkan harga acuan di tingkat konsumen maksimal Rp 32.000.
(Baca: Bulog Anggarkan Rp 500 Miliar untuk Impor 100 Ribu Ton Bawang Putih)
Oleh karena itu, Kementan melalui Direktorat Jenderal Hortikultura memantau dengan serius pergerakan harga komoditi pangan di pasaran setiap harinya. Sehingga, adanya kenaikan harga tidak wajar secara mendadak seperti halnya harga bawang merah ini menjadi tanda-tanya besar. "Dalam satu hari bisa naik sampai Rp 3.000 di pasar induk. Satuan Pengawas (Satgas) Pangan bisa saja selidiki," tambah Yasid.
Berdasarkan pantauan Posko Ditjen Hortikultura, harga bawang merah di tingkat petani per tanggal 26 Maret 2019 menunjukkan adanya penguatan harga. Harga rata-rata nasional terbilang normal di petani Rp 17.000 per kg dan di pasar petani Rp 29.000 per kg.
Sementara, data Pasar Induk Kramat Jati (PIKJ) mencatat lonjakan harga cukup tinggi dari awal Februari hanya Rp 10.000 hingga Rp 13.000. Saat ini, harga tersebut naik menjadi Rp 31.000 per kg. Naiknya harga di pasar rakyat tersebut juga diikuti kenaikan di tingkat ecer yang mencapai Rp 35.000 - Rp 40.000 per kg.
Pasokan Melimpah
Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Kementan Mohammad Ismail Wahab menegaskan pihaknya menjamin pasokan bawang merah secara nasional masih aman. Menurutnya, kenaikan harga saat ini sifatnya sangat sementara dan akan berangsur normal.
(Baca: KPPU Duga Ada Indikasi Persaingan Tak Sehat pada Impor Bawang Putih)
"Baru-baru in saya ke sentra off season di Madura. Panen bulan Maret-April ini cukup banyak. Demak juga panen. Bima panen. Solok panen setiap hari. Indramayu juga ada panen," kata Ismail.
Dia menambahkan, berdasarkan pantauan pihaknya panen bawang merah cukup melimpah di berbagai sentra. Dia mencontohkan, sampai akhir Maret ini Brebes panen 2.100 hektar, Cirebon 700 hektar, Bima 400 hektar, Bandung 800 hektar, dan Solok 600 hektar. Kemudian, awal April disusul panen Demak 1.370 hektar, Pamekasan 1.500 hektar, Pati 600 hektar, Bandung 580 hektar, Kendal 150 hektar. Total Maret-April sekitar 12 ribu hektar di 20 kabupaten sentra.
"Itu cukup, bahkan lebih untuk kebutuhan warga Jakarta yang diperkirakan 3.000 ton per bulan atau cukup 300 hektar," kata Ismail.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) Juwari mengiyakan bahwa saat ini harga bawang merah membaik. Lanjutnya, harga seperti ini dipastikan tidak akan berlangsung lama. Pasalnya, hari ini saja sudah turun Rp 3.000 per kilogram di Pasar Induk dibanding harga kemarin.
"Kami sebagai petani juga tidak ingin harga melonjak terlalu tinggi karena kami selain petani juga sekaligus konsumen," ujar Juwari.
Juwari mengakui memang beberapa hari ini pasokan ke Kramat Jati sempat berkurang dari normalnya 25 sampai 30 truk, hanya masuk 15 hingga 20 truk. Namun di tempat lain seperti Sumatera terpantau harga bawang merah membaik. Artinya, soal pasokan berkurang ini hanya sementara, karena daerah-daerah sentra termasuk Brebes akan segera menyusul panen.
(Baca: Jelang Ramadan, Menteri Enggar Tinjau Harga Bahan Pokok di Pasar)
Salah satu petani asal Nganjuk bernama Akad tidak menampik kenaikan harga tersebut. Menurutnya, hal itu tidak menjadi masalah asalkan petani menikmati harga baik sekarang. "Karena kenaikan harga ini tidak akan lama dan nanti juga turun lagi. Apalagi puasa dan lebaran nanti dijamin aman," kata Akad.
Namun, dia menyampaikan kerugian petani bawang saat harga jatuh perlu dipertanyakan. Alasannya harga dari petani dipatok Rp 20.000 per kg, namun ketika masuk pasar Jakarta harga tersebut naik menjadi Rp 40.000 per kg.