Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menargetkan ekspor jagung pada musim panen puncak pada Maret dan April mendatang. Filipina dibidik menjadi salah satu negara tujuan ekspor komoditas jagung dalam negeri.
"Jagung kapan lagi ekspor, ini baik pertanyaannya, dua bulan ke depan akan kembali ekspor," kata Menteri Amran usai menghadiri rapat kerja bersama Komisi IV di Kompleks MPR/DPR Senayan, Jakarta, kemarin (21/1).
Kementan mengincar Filipina sebagai negara tujuan ekspor. Namun Amran tidak merinci besaran volume jagung yang akan diekspor ke negara tersebut.
(Baca: Produktivitas Jagung Indonesia Tertinggal dari Thailand dan Tiongkok)
Menurut Amran, rencana ekspor jagung dilakukan untuk menjaga agar harga jagung di tingkat petani tidak jatuh atau anjlok saat musim panen. Kementan sebelumnya telah menetapkan bahwa harga jagung di tingkat petani tidak boleh berada di bawah harga pokok produksi (HPP), yakni Rp3.150 per kilogram.
Oleh karena itu, ekspor jagung rencananya akan dilakukan setelah harga jagung di dalam negeri turun di bawah Rp3.000 per kg.
"Ini sekarang menuju panen raya di Maret sampai April. Jadi harus dipersiapkan dari sekarang tetapi harus dipastikan harga dalam negeri turun dulu di bawah Rp3.000 ya," kata dia.
(Baca: Kemendag Buka Izin Impor 440 Ribu Ton Jagung untuk Kebutuhan Industri)
Menurut catatan Kementerian Pertanian, pada 2014 impor jagung tercatat sekitar 3,2 juta ton, kemudian turun menjadi 1,1 juta ton pada 2016 dan sempat dihentikan pada 2017.
Pada Desember 2018, pemerintah kembali membuka impor jagung sebanyak 100 ribu ton dan menugaskannya kepada Perum Bulog. Setelah itu, pada 2 Januari 2019 dalam rapat koodinasi terbatas di Kemenko Perekonomian, pemerintah kembali mengeluarkan izin impor jagung pakan sebanyak 30 ribu ton. Melalui penambahan impor jagung, jumlah keseluruhan impor jagung tercatat mencapai 130 ribu ton.