Kementerian Pertanian menyatakan tengah melakukan pendataan kebutuhan jagung untuk sektor pakan ternak. Data itu akan menjadi acuan bagi Perum Bulog untuk mendistribusikan jagung impor.
Direktur Jenderal Perkebunan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita menyatakan beberapa peternak di Blitar, Kendal, Solo, Subang, Bogor, Malang, dan Tulungagung memiliki kebutuhan mendesak pasokan jagung untuk digunakan sebagai bahan baku pakan ternak.
"Peternak mandiri di Jawa banyak sekali yang modalnya kecil," kata Diarmita di Jakarta, Senin (12/11).
Dari jumlah peternak di Indonesia, 60% di antaranya masih terkonsentrasi di Jawa atau Jawa Timur khususnya. Karenanya, peningkatan harga jagung sangat terasa dampaknya bagi mayoritas peternak di Pulau Jawa. "Peternaknya banyak dan populasi manusia yang butuh produk jagung itu (sebagian besar) di Jawa," ujarnya.
(Baca: Pemerintah Putuskan Impor Jagung, Kementan Berkukuh Produksi Surplus)
Kementerian Pertanian, sudah mendapatkan hasil lelang jagung impor oleh Bulog dari Brazil dan Argentina. Bulog akan segera memulai proses pendistribusian setelah jagung impor sampai ke Tanah Air. Namun begitu, dia masih berharap panen jagung dalam negeri bisa mencukupi kebutuhan peternak dan konsumen.
Diarmita menuturkan impor 100 ribu ton lewat Bulog merupakan langkah terakhir yang ditempuh pemerintah untuk menjaga stabilitas harga jagung. "Kalau panen jagung petani tidak cukup, kita langsung keluarkan (impor jagung) secepatnya," ujarnya.
Sebelumnya, Bulog membuka lelang impor kepada eksportir jagung asal Argentina dan Brazil. Direktur Utama Bulog Budi Waseso di Jakarta, pekan lalu mengatakan pihaknya menginginkan jagung impor harus memenuhi tiga kriteria utama.
"Saya ingin kualitas yang baik, stok, dan kecepatan pengiriman," ujar Budi.
(Baca: Pemerintah akan Impor 100 Ribu Ton Jagung Khusus untuk Peternak Kecil)
Deskripsi jagung impor dalam surat lelang juga mensyaratkan kadar air maksimal 14%, butir pecah maksimal 3%, butir rusak maksimal 5%, material asing maksimal 2%, aflatoksin maksimal 20 ppb, serta bebas dari serangga hidup. Bulog juga mensyaratkan batas kedatangan jagung impor paling lambat sampai 20 Desember 2018.
Bulog juga memberi 7 persyaratan dokumen kepada eksportir Argentina dan Brazil, yaitu peserta lelang harus merupakan anggota Grain and Feed Trade Association (GAFTA), berpengalaman ekspor selama tiga tahun, merupakan pelanggan bank kelas dunia, memiliki laporan finansial terbaru, memiliki profil perusahaan, memiliki jadwal kedatangan paling lambat tanggal 20 Desember 2018, serta berkomitmen mengisi kuota ekspor.
Pengisian kuota akan berakhir pada, Jumat 9 November 2018 besok. Rencananya, impor jagung akan datang melalui dua pelabuhan, yaitu Pelabuhan Ciwandan sebanyak 30 ribu ton dan Pelabuhan Teluk Lamong sebesar 70 ribu ton.