BPS Undur Peluncuran Data Produksi Padi hingga Oktober 2018

ANTARA FOTO/Abriawan Abhe
Seorang petani menyemprotkan racun pembasmi hama di persawahan Desa Tana Harapan, Kecamatan Rilau Ale, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, Kamis (16/3). Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan menargetkan pencetakan sawah baru pada 2017 seluas 2.500 hektare untuk meningkatkan produksi padi sekaligus menjaga laju produksi padi agar dapat menopang surplus beras yang mencapai 2,6 juta ton per tahun di wilayah Sulawesi Selatan.
Penulis: Michael Reily
Editor: Ekarina
24/8/2018, 15.51 WIB

Badan Pusat Statistik (BPS) mengundur rencana peluncuran data produksi padi dengan metode Kerangka Sampel Area (KSA) menjadi Oktober 2018 dari yang sedianya akan dirilis pada semester pertama tahun ini untuk kemudian diumumkan pada Agustus 2018. 

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan saat ini BPS masih menunggu konfirmasi peta lahan baku sawah dari Kementerian Agraria dan Tata Ruang  serta Badan Informasi Geospasial (BIG). 

Dia mengungkapkan penghitungan data produksi padi menggunakan KSA sebetulnya sudah rampung dan tinggal menunggu waktu untuk dipublikasikan. Namun, data itu menurutnya masih perlu perbaharuan supaya lebih sesuai dengan analisa kebijakan pemerintah.

“Peta lahan baku sawah yang kami gunakan masih tahun 2014,” kata Suhariyanto kepada Katadata, Kamis (23/8).

(Baca : BPS Rampungkan Pengumpulan Data Produksi Padi pada Agustus)

Pada peta lahan baku yang terbaru itu nantinya juga akan mendata perubahan terbaru lahan produksi. Sehingga, pemerintah perlu menghitung jumlah konversi lahan sawah.

Peta lahan baku sawah milik Kementerian ATR dan Badan Informasi Geospasial diharapkan sudah bisa diselesaikan pada bulan depan. Setelah peta lahan baku sawah terbaru selesai, Suhariyanto akan melakukan penghitungan ulang produksi padi dengan data baru.

“Mungkin butuh waktu 2 minggu untuk penghitungan,  sehingga data produksi padi baru bisa dirilis pada Oktober 2018,” ujarnya.

Metode Kerangka Sampling Area (KSA) pada penghitungan padi merupakan metode pendataan berbasis teknologi yang mencakup 192 ribu titik  pengamatan di seluruh sentra padi di Indonesia. Adapun teknologi yang dipakai dalam metodetersebut meliputi satelit milik Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) serta aplikasi perangkat lunak yang akan memantau kondisi lahan pertanian secara berkala.

(Baca : Mulai Agustus 2018, BPS Pantau Produksi Tanaman Pangan Lewat Satelit)

Secara teknis, pengukuran produsi padi dilakukan dengan cara mengumpulkan data ubinan sawah berukuran 2,5 meter dikali 2,5 meter.  Setelah diukur, petugas bakal melakukan pengecekan setiap titik guna mengetahui berhasil atau gagalnya kegiatan panen.

Hasil panen setiap petak ubin kemudian akan ditimbang. Data produktivitas akan dikalikan dengan luas panen itulah yang hasilnya digunakan menjadi data produksi secara komprehensif.