Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU) menyatakan produksi ayam dan telur dalam negeri cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat hingga lima tahun ke depan. Sebab, kapasitas produksi perusahaan peternakan ayam di Indonesia sudah melebihi permintaan, sehingga hanya butuh kebijakan dari pemerintah untuk mengendalikan jumlah pasokan.
Sekretaris Jenderal GPPU Chandra Gunawan mengatakan kapasitas terpasang produksi ayam berjenis grand parent (GP) saat ini bisa mencapai 800 ribu hingga 900 ribu ekor per tahun. Sedangkan, peternakan indukan ayam atau parent stock (PS) sebesar 33 juta sampai 39 juta ekor per tahun.
Potensi produksi akhir full stock (FS) ayam usia sehari (Daily Old Chicken/DOC) mencapai 4,5 miliar ekor per tahun atau 87 juta ekor per pekan. “ Kami optimistis produksi peternakan dalam negeri mampu memenuhi kebutuhan sampai 5 tahun ke depan,” kata Chandra di Jakarta, Kamis (26/7).
(Baca : Mentan Gelar Operasi Pasar untuk Tekan Harga Telur)
Namun demikian, pengaturan pasokan dan permintaan juga mesti dilakukan secara cermat untuk menjaga harga agar tetap stabil. Di samping itu, diperlukan juga penanganan khusus dari pemerintah ketika terjadi lonjakan permintaan, seperti yang terjadi pada saat libur panjang Lebaran kemarin.
“Loncatan permintaan mendadak yang tinggi setelah Lebaran tidak bisa diimbangi dengan produksi,” ujarnya.
Alasannya, ayam dan telur merupakan makhluk hidup sehingga peningkatan produksi tidak bisa dipaksakan secara mendadak.
Dia juga mengungkapkan kendala lainnya yang dialami peternak dan mesti diperhatikan pemerintah seperti faktor penyakit yang berpotensi menghambat produksi.
Direktur Pembibitan dan Produksi, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Kementerian Pertanian, Soegiono mengatakan, guna mengantisipasi lonjakan permintaan yang mengakibatkan harga jual ayam dan telur melambung, pihaknya sudah melakukan penghitungan dengan meningkatkan asumsi produksi 20% lebih tinggi dibanding permintaan.
(Baca : Mendag Ultimatum Pengusaha Telur Turunkan Harga dalam Sepekan)
“Kami sudah perhitungkan produksi lebih besar 20% dari permintaan, makanya dalam peraturan kami minta ada gudang pendingin sebagai pencegahan kenaikan permintaan,” kata Soegiono.
Namun, kelebihan stok produksi sebesar 20% rupanya belum mampu mencegah peningkan produksi seperti saat libur panjang Lebaran kemarin. Penyebabnya, para peternak banyak yang ikut libur panjang sehingga produksi terhambat.
Namun pihaknya memastikan produksi mulai membaik karena baik ayam pedaging dan juga ayam petelur rata-rata sudah mulai memasuki usia dewasa. Catatannya, di daerah harga telur terpantau sudah mulai turun menjadi sekitar Rp 18.500 per kilogram. Sedangkan untuk ayam terpantau sebesar Rp 22 ribu per kilogram di tingkat produsen.
Sementara itu, Kementerian Pertanian memperkirakan pada 2018, produksi telur ayam bisa mencatat surplus 241.542 ton dengan kebutuhan masyarakat 1.766.410 ton dan produksi 2.007.952 ton. Sementara itu, surplus daging ayam 508.958 ton dengan perhitungan hasil produksi 3.276.369 ton dan permintaan 3.051.276 ton.