Tembus Ekspor, Bisnis Ternak Domba Jember Makin Menggeliat

ANTARA FOTO/Didik Suhartono
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman meninjau domba disela pelepasan ekspor perdana domba di Instalasi Karantina Hewan Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya, Jawa Timur, Kamis (28/6). Menteri Pertanian melepas ekspor sekitar 2.100 ekor domba jantan ke Malaysia dengan total domba yang akan diekspor secara berkala dalam setahun sebanyak 60.000 ekor.
Penulis: Michael Reily
Editor: Ekarina
29/6/2018, 16.24 WIB

Kontrak perdana ekspor domba ke  Malaysia telah memantik semangat peternak lokal, khususnya di wilayah Jember, Jawa Timur  untuk terus menggenjot produksi domba sebagai komoditas andalan ekspor.  Dengan langkah itu, peternak lokal pun optimistis bisa bersaing dengan komoditas ternak asal Australia. 

Ketua Asosiasi Peternak Domba Ekspor Jember Agus Sholehul Huda mengatakan bisnis jual beli maupun penggemukan domba saat ini cukup menjanjikan. 

Pakan ternak domba yang sudah semakin variatif, dinilai cukup memudahkan peternak dalam menjalankan usaha penggemukan atau penjualan domba hidup.  Salah satu penggunaan pakan ternak  domba yang populer adalah kacang edamame yang dilembutkan. Peternak juga bisa menggunakan jagung dan kulit kopi. Ketiga limbah produk yang diolah memberi pilihan pakan yang lebih murah dibandingkan penyediaan rumput dan pembelian pakan.

Harga satu kilogram olahan pakan ternak sebesar Rp 3 ribu. Sementara untuk menaikan bobot domba sebanyak satu kilogram, dibutuhkan sekitar 7 kilogram pakan ternak. Alhasil. modal yang diperlukan untuk usaha penggemukan domba hanya sekitar Rp 20 ribu per satu kilo gram kenaikan berat domba.

(Baca : Perusahaan Indonesia Ekspor Perdana 60 Ribu Domba ke Malaysia)

Sementara itu, dengan harga jual domba yang ditaksir sekitar Rp 39 ribu per kilogram, dia menuturkan  peternak bisa meraih keuntungan Rp 18 ribu untuk kenaikan satu kilogram berat badan domba.

Untuk satu ekor domba jika bisa mengalami kenaikan bobot  4 kilogram per bulan, maka rata-rata keuntungan yang bisa diperoleh peternak pun mencapai Rp 72 ribu per ekor. 

Di sisi lain, tawaran kerja sama dari perusahaan swasta, juga dinilai kalangan peternak cukup menjanjikan karena mampu memberi kepastian harga. "Sebelumnya, pembeli biasanya hanya menaksir harga dan mungkin bisa mencapai setengahnya,” ujar Agus di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (28/6).

PT Inkopmar Cahaya Buana, selaku perusahaan eksportir  disebut siap membeli domba peternak dengan harga Rp 39 ribu per kilogram dengan sistem kemitraan. Alhasil, jika rata-rata berat badan domba naik 10 kilogram,  peternak bisa mengantongi keuntungan  mencapai Rp 390 ribu per ekor.

Dengan adanya kerja sama dengan pihak eksportir,  Agus mengatakan  jumlah peternak domba di wilayahnya pun semakin meningkat. Agus mengungkapkan, sejak kerja sama dilakukan pada 2017 lalu, jumlah peternak domba di Jember melonjak menjadi  200 orang dari sebelumnya hanya sekitar 20 orang. Jika rata-rata peternak memiliki 20 domba, hasil produksi bulanan bisa mencapai 4 ribu ekor.

Saat ini, komitmen penjualan peternak domba Jember ke Inkopmar Cahaya Buana sebanyak 2 ribu ekor per bulan. Sisanya dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan pembeli dalam negeri yang bisa mencapai 2 ribu ekor per bulan. “Kami masih menyuplai untuk Pulau Jawa,” kata Agus.

(Baca : Indonesia Ekspor Perdana 6 Ton Nugget Ayam ke Jepang)

Dia pun mendorong masyarakat untuk memulai usaha peternakan domba agar produksi domba dalam negeri semakin meningkat. Dia mencontohkan, modal yang diperlukan untuk pembelian pupuk dan pembuatan kandang domba hanya sekitar Rp 60 juta. Adapun potensi pendapatan peternak untuk seekor domba bisa mencapai Rp 400 ribu. Jika memiliki 20 domba, keuntungan yang bisa didulang peternak mencapai Rp 8 juta per bulan.

Kendala Ekspor

Meningkatnya produksi domba lokal, turut memicu perusahaan eksportir untuk terus ekspansi dengan mencari negara tujuan baru. 

Direktur Utama Inkopmar Cahaya Buana Rio Lukman  mengatakan sebelumnya perusahaan telah menandatangani kontrak ekspor sebanyak 60 ribu ekor domba untuk jangka pengiriman setahun. Per bulan, Inkopar ditargetkan mengirimkan 5 ribu ekor domba dengan dengan berat domba sekitar 30 kilogram per ekor.

Adapun untuk ekspor 5 ribu domba per bulan, nilai penjualan yang diperoleh Inkopmar sekitar Rp 9 miliar. Dengan begitu, untuk setiap domba ekspor harga jualnya diperkirakan sekitar  Rp 1,8 juta per ekor. Namun, ekspor perusahaan juga setidaknya harus menanggung biaya pengiriman yang nilainya cukup besar.

“Ongkos transportasi menyumbang sekitar 40% dari harga jual,” ujar Lukman.

Selain ongkos logistik yang cukup tinggi, perusahaan juga menghadapi kendala pengiriman seiring dengan aturan transportasi kapal ternak dari Kementerian Perhubungan. Menurutnya,  kapal lokal tidak bisa mendistribusikan kapal langsung ke Malaysia, sehingga ekspor  2.500 ekor domba tahap pertama pada bulan depan rencananya akan dikirimkan melalui  jalur darat ke Dumai, Riau untuk kemudian dikirimkan melalui sewa kapal ke Malaysia.

Masih terbatasnya jumlah kapal yang bisa melakukan pengiriman lewat jalur laut dari Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur membuat ongkos transportasi menjadi mahal. Padahal,  Lukman mengungkapkan pengiriman bisa efektif dan murah jika dapat diangkut dengan kapal besar, yang mana untuk sekali angkut kapal bisa memuat sekitar 10 ribu ekor domba dengan estimasi waktu pengiriman sekitar 7 hari.

Kecepatan waktu pengiriman menjadi penting, karena  pemerintah Malaysia memberlakukan aturan yang akan membatasi hewan ternak yang dikarantina mencapai 14 hari.

“Kalau dikirim langsung daya tahan hewan ternak lebih bagus dan lebih banyak kuantitasnya,” kata Lukman.

Di sisi lain, Chief Executive Officer Kamran Group Datuk Raghu Loganathan Pillai memaparakan alasan dibalik keputusan perusahaan mengimpor 60 ribu ekor domba Indonesia.  

Pertama, menurutnya  hewan ternak Indonesia tumbuh secara organik sehingga pemerintah Malaysia memberikan akreditasi baik untuk kualitas produk Indonesia.

Kemudian ada permintaan domba yang tinggi di Malaysia baik untuk  diternak maupun dijual lagi dengan dalam volume yang besar.  Tak hanya itu,  selera kuliner yang hampir mirip antara masakan tradisional Indonesia dengan masakan tradisional Malaysia turut mendorng permintaan  domba di negeri jiran.

Terakhir, jarak Australia yang lebih jauh meningkatkan ongkos transportasi sehingga ada perbedaan harga yang lebih besar 30% dibandingkan jika mengimpor domba langsung dari Indonesia. “Itu sangat penting karena membuat bisnis kami lebih efektif,” ujar Raghu.

Dengan alasan itu, Kamran pun berkomitmen untuk meningkatkan kontrak ekspor lebih dari 60 ribu ton ini , naik menjadi 100 ribu ton di tahun depan.