Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan apresiasinya kepada Menteri Pertanian Amran Sulaiman atas keberhasilannya meningkatkan produksi padi nasional dan Indonesia tidak lagi mengimpor beras. Apresiasi ini disampaikan Presiden Jokowi saat membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Pembangunan Pertanian Tahun 2017, di Ruang Birawa, Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (5/1) pagi.
“Biasanya September – Oktober itu sudah rapat terbatas untuk mengatasi kekurangan stok beras. Yang kedua, mengenai pengendalian harganya, berapa yang harus kita impor untuk mengendalikan harga. Ini kok tidak ada,” kata Jokowi. (Baca: Menteri Amran Klaim Keberhasilannya Capai Kedaulatan Pangan)
Produksi padi sepanjang tahun lalu mencapai 79,14 juta ton, naik 11 persen dibanding 2015 lalu. Dengan jumlah produksi tersebut, Indonesia dinilai sudah berhasil mencapai swasembada beras. Indonesia tidak tidak perlu lagi mengimpor beras tahun lalu, termasuk tahun ini.
Selain padi, Jokowi juga mengakui komoditas jagung merupakan salah satu di antara yang mengalami pengurangan impor. Data yang dipegang presiden, sebelumnya volume impor jagung mencapai 3,2 juta ton. Tahun lalu angkanya hanya 900.000 ton, karena produksi dalam negeri meningkat. Dia berharap tahun ini atau tahun depan sudah tidak lagi mengimpor jagung. Bahkan dia yakin Indonesia mampu melakukan swasembada pangan.
Dia mengingatkan Amran agar masing-masing daerah fokus menanam satu jenis tanaman, dan tidak mencampur-campur dengan jenis tanaman lainnya. Seperti hanya Kabupaten Dompu, NTB yang bisa konsentrasi pada tanaman jagung. “Tapi diberikan target yang jelas. Kalau targetnya nggak tercapai, lihat problemnya apa, masalahnya apa,” ujarnya. (Baca: Beras dan Rokok, Penyumbang Terbesar Kemiskinan di Indonesia)
Presiden berharap sektor pertanian dapat dikembangkan menjadi alat rakyat untuk mencapai kesejahteraan bersama. Sehingga saat produksinya sudah lebih besar lagi dari kebutuhan, pemerintah bisa merencanakan untuk melakukan hilirisasi menghasilkan produk derivatif turunannya. Kelebihan produksi ini diharapkan juga bisa diekspor ke luar negeri.
Selain itu, Jokowi juga menekankan bahwa ketersediaan air merupakan salah satu kunci untuk meningkatkan produksi pertanian. Makanya fasilitas penyediaan air dan salurannya menjadi fokus pemerintah dalam pembangunan sektor pertanian tahun ini. (Baca: Tepati Janji, Mentan: Tiga Komoditas Pangan Sudah Swasembada)
Presiden juga telah meminta Menteri Pertanian, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal Dan Transmigrasi, serta Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk fokus pada pembenahan dan perbaikan irigasi yang rusak, baik irigasi primer, sekunder, dan tersier.
“Kalau ini diselesaikan dan air bisa mengalir ke sawah-sawah kita. Saya sangat meyakini itu akan meningkatkan drastis produksi pertanian kita,” sambung Presiden.
Targetnya pemerintah akan membangun lebih dari 30 ribu kolam penampungan air atau embung pada 2017. Hingga tahun lalu, pemerintah melalui Kementerian Pertanian telah membangun 3.771 embung di sejumlah wilayah di Indonesia. (Baca: Jokowi: Pemanfaatan 36,8 Juta Hektare Lahan Pertanian Belum Maksimal)
Menurutnya, penampungan air ini sangat dibutuhkan terutama di musim kemarau. Jika stok air tidak ditangani dengan baik, saat kemarau masyarakat sangat kesulitan dan tidak dapat melakukan kegiatan produksi pertaniannya.