Pemerintah Teken MoU Kereta Cepat JKT-SBY dengan Jepang Pekan Depan

Ilustrasi. Pemerintah akan meneken MoU kerja sama pembangunan kereta cepat Jakarta-Surabaya dengan pihak Jepang pada pekan depan.
15/9/2019, 19.25 WIB

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan saat ini pihaknya sedang dalam tahap finalisasi menyelesaikan nota kesepahaman (MoU) kereta cepat Jakarta-Surabaya. MoU ini nantinya akan diteken pemerintah dengan pihak Jepang.

"Mungkin minggu ini atau minggu depan kami akan tanda tangan MoU-nya," kata Budi di Jakarta Convention Center, Jakarta, Minggu (15/9).

Menurut Budi, pemerintah tetap konsisten bekerja sama dengan Jepang dalam proyek kereta cepat itu. Hal ini karena sudah ada proses yang dilakukan oleh pemerintah dengan Negeri Sakura tersebut.

Karena itu, pemerintah telah menutup pintu bagi negara lain yang menawarkan kerjasama proyek tersebut. "Tidak ada kerjasama dengan Tiongkok," ujar Budi. Adapun terkait besaran investasi proyek ini, ia mengaku masih menghitungnya.

(Baca: Komponen Lokal Proyek Kereta Api Ditargetkan Lampaui 50%)

Menteri Koordinasi Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, pemerintah sedang melakukan kerja sama yang cukup serius dengan Jepang. Proyek kereta cepat ini, salah satunya, sedang pemerintah dalami bersama Japan International Cooperation Agency (JICA).

Namun, Luhut berharap Jepang tak kembali bertindak semaunya dalam proyek ini. Jepang diminta untuk melakukan transfer teknologi dan memakai komponen asli Indonesia. "Ya  jangan seperti MRT yang dikunci. Harus ada konten lokal, transfer teknologi, seperti itu lah," ucap dia.

Wakil Presiden Jusuf Kalla sebelumnya mengatakan, sistem transportasi kereta cepat akan menjadi pesaing baru bagi maskapai penerbangan. Pasalnya, waktu tempuh perjalanan darat di Pulau Jawa tak akan jauh berbeda dengan perjalanan udara.

"Akhirnya nanti akan terjadi persaingan antara kereta dan pesawat. Jadi, bukan lagi persaingan antara Garuda dengan Lion, dan semua persaingan akan memperbaiki services," kata JK pada Jumat lalu.

Ia memberikan gambaran, apabila proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya selesai, maka waktu tempuhnya hanya lima jam. Sementara, jika menggunakan pesawat terbang, penumpang akan menghabiskan waktu serupa mulai dari persiapan menuju bandara, check-in, waktu tempuh, hingga menunggu pengambilan bagasi.

(Baca: RI Pastikan Garap Proyek Kereta Cepat Jakarta Surabaya dengan Jepang)

"Kalau Surabaya-Jakarta sudah lima jam, nanti tiga atau empat tahun ke depan, maka akan sama waktu yang dipakai untuk naik pesawat. Anda naik di Gambir, tiba di Pasar Turi itu lima jam, persis," jelas dia.

Selain itu, menurut dia, persaingan juga akan terjadi pada moda transportasi darat, seperti kereta cepat dan penggunaan mobil pribadi. Ia menilai penggunaan mobil pribadi lewat jalan tol akan menjadi tidak efisien dibandingkan kereta cepat, jika hanya satu orang yang melakukan perjalanan.

"Jadi semua nanti akan terjadi pilihan-pilihan yang menarik apabila kita mempunyai sistem dan sarana transportasi yang lebih baik," katanya.

Reporter: Agatha Olivia Victoria