Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Perhubungan memprediksi jumlah pemudik Lebaran 2019 dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) mencapai 14,9 juta orang. Jumlah pemudik yang menggunakan pesawat diprediksi turun 0,2%. Prediksi tersebut berdasarkan hasil survei.
Balitbang Kementerian Perhubungan melakukan survei terhadap 7.762 responden rumah tangga. Metode yang digunakan adalah wawancara langsung dari rumah ke rumah (home interview) dan secara online. Dari hasil survei tersebut, Balitbang membuat sejumlah prediksi, dari mulai jumlah pemudik, tujuan mudik terbanyak, hingga moda transportasi yang paling banyak dipilih.
Jumlah pemudik dari wilayah Jabodetabek sepanjang periode mudik Lebaran 2019 diperkirakan mencapai 3,46 juta rumah tangga atau 14,9 juta orang. Jumlah tersebut mencapai 44,1% dari total penduduk Jabodetabek yang sebanyak 33,76 juta orang pada 2018. Adapun tujuan mudik terbanyak yaitu ke wilayah Jawa Tengah.
Secara rinci, pemudik ke wilayah Jawa Tengah diperkirakan mencapai 5,61 juta orang atau 37,68%, Jawa Barat sebanyak 3,71 orang atau 24,89%, dan Jawa Timur sebanyak 1,67 juta orang atau 11,14%.
(Baca: Puncak Arus Mudik Lebaran 2019 Diprediksi pada 31 Mei)
Bus diprediksi paling banyak jadi pilihan moda transportasi mudik. Pemudik dengan bus diperkirakan mencapai 4,46 juta orang atau 30%, mobil pribadi 4,3 juta orang atau 28,9%, kereta api 2,49 juta atau 16,7%, pesawat sebanyak 1,41 juta orang atau 9,5%, sepeda motor 942,62 ribu orang atau 6,3%, dan sisanya angkutan lain.
Dengan mengacu pada prediksi tersebut, maka terdapat beberapa moda transportasi mudik yang jumlah penggunanya lebih sedikit dibandingkan tahun lalu. Kepala Badan Litbang Perhubungan Sugihardjo mengatakan salah satu moda yang dimaksud yaitu pesawat.
“Pesawat turun 0,2%, sepeda motor turun 0,3%, dan mobil pribadi turun 0,9%,” kata dia di Jakarta, Selasa (9/4). Sementara itu, yang mengalami kenaikan antara lain kereta api kelas bisnis naik 0,2% dan kereta api kelas ekonomi naik 0,4%.
Pemudik dengan Pesawat Turun Imbas Tiket Mahal
Pengamat transportasi dari Universitas Katolik Soegijapranata Djoko Setijowarno berpendapat, penurunan penggunaan pesawat sebagai moda transportasi mudik berpotensi terjadi karena harga tiketnya yang naik sejak akhir 2018.
Imbas harga tiket yang lebih mahal, ia menyebut masyarakat kemungkinan memilih moda transportasi lain. "Ada pergeseran. Tahun lalu naik pesawat murah, sekarang pesawat pakai harga atas semua," ujarnya saat ditemui di Jakarta, Selasa (9/4).
Namun, ia berharap harga tiket pesawat untuk rute ke luar Pulau Jawa lebih murah. Pasalnya, tidak banyak alternatif kendaraan yang bisa digunakan selain kapal laut. Perjalanan dengan kapal laut juga memiliki kendala yang perlu diatasi pemerintah.
(Baca: Harga Tiket Pesawat Naik, Jumlah Penumpang Berkurang)
Ia menjelaskan, angkutan lanjutan dari pelabuhan masih sedikit sehingga memunculkan angkutan pelat hitam dengan tarif yang tinggi. Untuk mengantisipasi kondisi ini, ia menyarankan agar pemerintah mempersiapkan bis-bis sebagai angkutan lanjutan dari pelabuhan.
Adapun Kementerian Perhubungan masih mengkaji penyebab kemungkinan turunnya penggunaan pesawat sebagai moda transportasi mudik. Maka itu, Kementerian belum bisa memastikan apakah hal itu berhubungan dengan harga tiket pesawat.