Garuda Indonesia mengkaji ulang pemesanan pesawat Boeing 737 Max 8. Hal ini terkait dengan jatuhnya pesawat Ethiopian Airlines model serupa pada Sabtu (10/3) lalu.
Direktur Teknik Garuda Indonesia I Wayan Susena mengatakan, manajemen masih menunggu hasil investigasi Federal Aviation Administration atau otoritas penerbangan sipil Amerika Serikat terkait kecelakaan ini. Selain itu, rekomendasi dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub) juga akan dijadikan rujukan.
"Kami masih mempelajari (pemesanan ini), masih evaluasi internal bagaimana FAA investigasi insiden Max 8 (Ethiopian Airlines)," kata Wayan di Kementerian Perhubungan, Rabu (14/3).
Total baru 1 dari pememesanan 50 pesawat 737 Max 8 yang tiba dan telah dioperasikan. Sedangkan pesawat selanjutnya dijadwalkan tiba pada tahun 2020. "Pesawat kami baru satu dengan jam terbang 3.088 jam," kata Wayan.
(Baca: Kemenhub: Operasional Boeing MAX 8 Tunggu Otoritas Penerbangan AS)
Sedangkan Lion Air telah memutuskan penundaan pengiriman pesawat Boeing 737 Max 8 yang telah dipesan. Managing Director Lion Group Daniel Putut mengatakan, penundaan ini dilakukan agar maskapai mendapatkan jaminan keselamatan operasional. Apalagi, menurutnya Lion telah menyesuaikan teknis penerbangan dari Boeing setelah jatuhnya PK-LQP Oktober 2018 lalu.
Sementara, baik Garuda dan Lion tak khawatir dengan adanya grounded bagi pesawat mereka. Hal ini lantaran bulan Maret merupakan musim sepi (low season), sehingga kebutuhan pesawat untuk terbang tidak banyak. "Karena kami gunakan untuk ke Tiongkok, Arab Saudi dan beberapa domestik," kata Daniel.
Sedangkan Wayan menyebut satu pesawat yang dikandangkan masih dapat digantikan pesawat Boeing 737 lainnya. Penerbangan dengan seri Max disebutnya untuk menerbangi rute tiga rute yakni dari Jakarta menuju Hong Kong, Singapura, dan Surabaya.
(Baca: 13 Negara Larang Boeing 737 Max 8 Terbang, Ini Daftarnya)