Blue Bird Group berencana fokus menggenjot bisnis di sektor logistik dan properti tahun ini. Ini dilakukan meski 70 persen pendapatan mereka masih berasal dari sektor angkutan penumpang, terutama taksi.
Presiden Direktur Holding Blue Bird Group Noni Purnomo mengatakan alasan Blue Bird masuk ke sektor logistik pasar karena kebutuhannya di Indonesia masih sangat tinggi. Namun, dia menyadari bahwa bisnis di sektor logistik masih belum baik. "Masih sangat tidak efisien," katanya di Training Center Blue Bird, Jakarta, Jumat (11/5).
(Baca: Organda Sebut 26 Perusahaan Taksi di Jakarta Tumbang Sejak 2016)
Noni menilai biaya logistik di Indonesia masih sangat mahal. Dia membandingkannya dengan negara tetangga, Malaysia, yang rata-rata biaya logistiknya hanya 16 persen dari Harga Pokok Penjualan (HPP) atau Cost of Goods Sold (COGS). Sedangkan di Indonesia, biayanya masih 24-26 persen dari HPP.
Meski begitu dengan masifnya pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintah, terutama akses jalan tol, akan membuat biaya logistik di Indonesia turun. Memang, sampai saat ini Blue Bird Group belum merasakan efek penurunan biaya logistik dengan adanya jalan tol.
"Karena tol kita kan masih terputus-terputus ya. Nanti, kalau sudah benar-benar terintegrasi, itu signifikan terhadap cost dan sangat efisien," kata Noni.
Selain akses infrastruktur, hal lain yang membuat ketidakefisienan di sektor logistik adalah fasilitas pendingin. Noni mencontohkan hasil maritim seperti ikan. Rata-rata 60 persen ikan yang dikirim busuk karena belum baiknya sistem logistik pendinginan di Indonesia.
Oleh karena itu, saat ini Blue Bird Group sedang mencari mitra strategis untuk masuk ke sektor logistik dalam penyediaan fasilitas sistem pendinginan. Bue Bird juga sudah menyiapkan dana investasi untuk memulai bisnis ini, tapi Noni belum bisa mengungkapkan berapa besaran dananya.
(Baca: Tergerus Taksi Online, Blue Bird Perketat Rekrutmen Karyawan)
Di sektor logistik, Blue Bird sudah memiliki 400 unit truk dengan produk berupa distribusi dan gudang-gudang yang tersebar di pulau Jawa dan Sumatera. Noni yakin dengan keunggulan di segi operasional dan teknologi yang mereka punya, dapat merambah industri logistik Indonesia.
Sementara, di sektor properti yang belum memberikan kontribusi pendapatan di tahun lalu. Blue Bird Group berencana menggandeng mitra kerja sama untuk membangun kawasan komersial dengan skema joint venture (usaha patungan). "Karena kami ada beberapa lahan yang bisa dikomersialkan," katanya.
Noni mengatakan, lahan-lahan yang dapat dikomersialkan dan sedang digarap ini tersebar di beberapa daerah seperti di T. B. Simatupang, Marunda, atau di Narogong. Sayangnya, Noni belum bisa menyebutkan perusahaan yang tertarik atau diajak bekerja sama membangun properti ini.
"Mudah-mudahan sih bisa akhir tahun ini, bisa lakukan (peletakan batu pertama/groundbreaking)," ujarnya.
(Baca: Kemenpar Gaet Blue Bird untuk Kembangkan 100 Wisata Digital di 2018)