Wakil Presiden Jusuf Kalla mengusulkan untuk menerapkan sistem ganjil-genap pada kendaraan di jalur Pantai Utara (Pantura) selama mudik Idul Fitri 1439 H. Hal ini bertujuan untuk mengurai kemacetan di ruas jalan tol Cikampek hingga Semarang.
"Jadi, nomer ganjil-genap diatur, siapa masuk jalan tol dan mana yang masuk jalan (arteri) biasa," kata Jusuf Kala di Hotel Borobudur, Jakarta pada Selasa (8/5).
Sistem ganjil-genap merupakan rekayasa lalu lintas dengan hanya memperbolehkan kendaraan berplat nomor akhir genap, bisa melewati suatu jalan di tanggal genap. Begitu juga sebaliknya untuk tanggal ganjil. (Baca: Pemudik Akan Melonjak Terdorong Infrastruktur yang Membaik)
Berkaca pada kasus pintu keluar tol Brebes (brebes exit/ brexit) pada 2016 lalu yang memakan korban 17 orang, Kalla tidak mau kejadian ini terulang. Dia berharap agar cara berpikir masyarakat berubah yang membuat masyarakat mau menggunakan jalan arteri.
"Cara berpikir biasa, kalau mau cepat lewat jalan tol. Sehingga jalan raya biasa, (jadi) lengang," katanya.
Menanggapi usulan Jusuf Kalla tersebut, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengaku tidak mudah merealisasikannya. Dia mengatakan harus meminta pendapat banyak pihak terlebih dahulu, sebelum menerapkan kebijakan ini. "Saya pikir, tidak mudah kita laksanakan," katanya.
Agar kejadian pada musim mudik lebaran 2016 tidak terulang, Budi Karya sudah menyiapkan langkah antisipasi. Dia memastikan jalan arteri yang biasa digunakan oleh pemudik, kondisinya sangat bagus. Hal ini dibuktikan oleh pesepada yang melalukan perjalanan melintasi jalur Pantura, dari Jakarta ke Surabaya.
"Jadi, kami punya alternatif jalan (arteri) selain jalan tol," kata Budi Karya dikesempatan yang sama. (Baca: Jalur Tol dan Non-Tol Jawa Ini Siap Digunakan Mudik Lebaran)