Genjot Ekspor, Jokowi dan Duterte Buka Rute Kapal Roro Davao-Bitung

Ro Ro Indonesia Filipina
ANTARA FOTO/Rosa Panggabean
Presiden Joko Widodo (kiri) berjabat tangan dengan Presiden Filipina Rodrigo Duterte saat peluncuran pelayaran perdana rute laut Roll-on Roll-off (Ro-Ro) Davao/General Santos-Bitung, Pelabuhan Kudos Davao, Filipina, Minggu (30/4).
2/5/2017, 10.24 WIB

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden Filipina Rodrigo Duterte membuka jalur kapal roll-on roll-off  (Roro) Davao-General Santos-Bitung pada 30 April 2017 lalu. Menurut Jokowi, momen pembukaan jalur baru ini sangat tepat karena pada 2016 lalu nilai perdagangan antara kedua negara meningkat lebih dari 30 persen dibandingkan tahun sebelumnya. 

“Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Presiden Duterte atas komitmen luar biasa dalam mewujudkan rute pelayaran ini,” ucap Jokowi dalam sambutannya.

Apresasi juga disampaikan Jokowi kepada semua pihak baik dari Indonesia maupun dari Filipina yang telah bekerja keras untuk mewujudkan rute ini. “Semoga layanan transportasi laut ini, rute pengiriman ini menjadi simbol persahabatan dan kemitraan antara kedua bangsa kita,” ujarnya.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan implementasi proyek konektivtas laut ini memberikan peluang besar, baik bagi Indonesia maupun Filipina. “Dilihat dari sisi ekonomi, waktu, maupun peluang dalam meningkatkan perdagangan,” katanya dalam keterangan resmi, Jumat (28/4). (Baca: BKPM: Sektor Maritim Bakal Dominasi Investasi Nasional)

Indonesia dan Filipina menandatangani deklarasi tersebut sebagai tindak lanjut pertemuan BIMP-EAGA Sea Linkages Working Group di Manado pada 19-20 April lalu. Pertemuan tersebut dihadiri perwakilan dari Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, BIMP Facilitation Centre, BIMP EAGA Business Council (BEBC), dan Asian Development (ADB).

Budi Karya mengungkapkan, pembukaan rute pelayaran kapal Roro baru sebagai hasil penandatanganan deklarasi tersebut berpotensi mengembangkan perekonomian daerah, sekaligus meningkatkan pariwisata dan investasi daerah.

Ia menjelaskan, pembukaan rute pelayaran ini pun sejalan program nasional untuk membangun kelautan dan kemaritiman, untuk menjadikan Indonesia poros maritim dunia. (Baca: Pemerintah Siapkan 99 Pelobi di Pemilihan Dewan Maritim Dunia)

Kementerian Perhubungan menilai rute baru tersebut kompetitif, berdasarkan jarak dan waktu tempuh yang lebih singkat. Hal ini berdampak pada berkurangnya biaya transportasi dan logistik. Oleh karena itu, rute baru Roro tersebut diharapkan meningkatkan kerjasama perdangan antara Indonesia dan Filipina.

“Rute Bitung-Davao hanya membutuhkan waktu tempuh 1-2 hari. Tentunya biaya transportasi dan logistik pun akan berkurang,” ujar Budi Karya. Ia menuturkan, waktu tempuh itu jauh lebih singkat dibandingkan rute Bitung-Surabaya/Jakarta-Manila-Davao, yang setidaknya memakan waktu tempuh 1-2 pekan.

Pada tahap awal, Filipina akan memanfaatkan rute pelayaran Bitung-Davao untuk mengitimkan produk tepung. Sementara itu, komoditas yang akan dibawa dari Bitung antara lain jagung, kopra, serta mesin. (Baca: Jokowi Ingin Perkuat Poros Maritim di Samudera Hindia)

Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Tonny Budiono menyebut kapal yang digunakan untuk rute Bitung-Davao/General Santos adalah Super Shuttle Ro-ro 12 yang berkapasitas 500 petikemas berukuran dua puluh kaki atau twenty-foot equivalent units (TEUs). Kapal yang bersandar di Dermaga IV/IKD, Bitung itu, dioperasikan oleh Asian Merine Transport Corporation (AMTC).