Peretail minuman, Kopi Kenangan mengantongi sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Adanya sertifikasi ini diharapkan semakin memperkuat branding perusahaan sebagai gerai kopi yang mengutamakan kualitas dan keamanan produk, di samping harga yang terjangkau.
CEO dan Co-Founder Kopi Kenangan Edward Tirtanata mengatakan, perusahan telah mendaftarkan sertifikasi halal sejak Oktober 2019. Ia mengklaim, Kopi Kenangan sebagai perusahaan kopi kekinian pertama yang memiliki sertifikasi halal.
Melalui sertifikasi ini, perusahaan telah memenuhi 11 kriteria halal yang disyaratkan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI).
Syarat tersebut di antaranya mencakup implementasi kebijakan perusahaan, tim manajemen, pelatihan, fasilitas, serta bahan baku halal.
Dengan diperolehnya status jaminan halal kategori A, artinya seluruh gerai Kopi Kenangan memiliki produk hingga fasilitas yang telah memenuhi sistem jaminan halal.
“Sejak tahun lalu kami melakukan berbagai pelatihan, mengimplementasikan kebijakan halal, dan melalui proses audit dengan LPPOM hingga akhirnya resmi bersertifikat halal dengan kategori A,” kata Edward dalam keterangan tertulis, Kamis (19/11).
Menurutnya, peningkatan kualitas produk juga akan disertai dengan pelatihan serta sertifikasi pegawai dan gerai.
Direktur LPPOM MUI Lukmanul Hakim mengatakan, langkah Kopi Kenangan mensertifikasi halal produkny diharapkan bisa diikuti pelaku usaha kuliner lain.
“Saya harap Kopi Kenangan dapat menjadi contoh pelaku usaha rintisan lain dalam melihat sertifikasi halal sebagai salah satu jaminan mutu bagi konsumen," kata Lukman.
Secara terpisah, PR & Communications Manager Kopi Kenangan, Ruth Davina menjelaskan, komitmen perusahaan menyediakan minuman yang aman dan berkualitas, dengan jaminan produk halal diharapkan bisa menjadi pilihan konsumen. Terlebih, mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim.
"Komitmen kami menyediakan produk aman, termasuk di dalamnya ada unsur halal, high quality dan affordable pada akhirnya akan berpengaruh ke penjualan," katanya kepada katadata.co.id, Kamis (19/11).
Meski penjualan Kopi Kenangan sempat menurun pada awal pandemi corona, diperkirakan total pendapatan Kopi Kenangan hingga akhir tahun ini sama dengan tahun lalu. Hal ini menurutnya dipicu oleh inovasi produk dan ekspansi gerai perusahaan.
Hingga akhir tahun, perusahaan menargetkan memiliki 450 gerai. Pada 2021, gerai perusahaan ditargetkan naik dua kali lipat menjadi 900 gerai dari sumber pendanaan seri B yang didapat dari sejumlah investor seperti Sequoia Capital, dan Alpha JWC senilai US$ 109 juta atau sekitar Rp 1,62 triliun.
Kopi Kenangan juga berencana memperluas bisnisnya ke segmen makanan dengan meluncurkan produk berbasis roti pada tahun depan. Namun, perusahaan enggan menyebutkan investasi yang disiapkan untuk bisnis baru tersebut.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia, Moelyono Soesilo mengatakan persaingan usaha kedai kopi diperkirakan semakin ketat. Namun, tren persaingan pebisnis kedai kopi mulai bergeser kepada sajian produk kopi berkualitas, harga terjangkau dan konsep gerai lebih sederhana.
"Ada pergeraseran konsumsi kopi konsumen dari kafe high class ke tempat lebih sederhana. Kedai kopi pinggir jalan dengan ruang terbuka kini peminatnya banyak," katanya dalam diskusi Indonesia Industry Outlook 2021 pekan lalu.
Pebinsis kopi kini mulai berpikir menawarkan produknya dengan harga lebih terjangkau. Sebaliknya, kedai kelas menengah mulai serius meningkatkan kualitas.
Ke depan, orang akan lebih memilih kopi premium dengan harga yang wajar. "Mungkin nanti harganya bisa antara 10-20 ribu lebih. Tapi jangan keliru, itu bukan kopi biasa, semua akan berlomba menyajikan kopi yang bagus dengan harga reasonable," katanya.
Sementara bisnis kopi kekinian dengan kedai kecil berkonsep grab and go masih tetap diminati asalkan melakukan penyesuaian, mendiversifikasi produk dan memperhatikan isu kesehatan.