Bakmi GM, Wendys & Gokana Latah Buat Pesan Simpatik ala Burger King

ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/hp.
Pengunjung berada di antara meja yang dipasangi "mock-up" maskot Kolonel Sanders di salah satu restoran cepat saji di kawasan Tebet, Jakarta, Selasa (23/6/2020). Restoran tersebut menerapkan pembatasan jarak fisik melalui penempatan "mock-up" sebagai salah satu protokol kesehatan guna mencegah penyebaran COVID-19 di masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi di Jakarta.
Penulis: Ekarina
7/11/2020, 08.00 WIB

Ajakan Burger King membeli menu makanan dari restoran pesaing menuai simpati masyarakat hingga viral di media sosial. Beberapa restoran lain seperti Wendys,  Bakmi GM, Gokana dan Kafe Betawi pun latah menggunakan strategi serupa untuk menarik perhatian konsumen. 

Pengajar dan pengamat pemasaran di Universitas Prasetiya Mulya, Istijanto Oei mengatakan perusahaan sedang menciptakan "primary demand".  Ini merupakan sebuah upaya mendorong konsumen membeli produk makanan.

Cara ini biasanya dilakukan terhadap kategori produk yang masih baru dan belum dikenal luas ke pasar bersamaan dengan pemilik merek. "Jadi ini  upaya membesarkan pasar lebih dulu," kata Istijanto kepada katadata.co.id, Jumat (6/11).

Uniknya, kategori makan di luar atau pesan antar makanan bukanlah produk baru. Namun karena sektor ini sedang lesu akibat pandemi Covid-19 dan banyak konsumen takut membeli makanan dari luar, maka semua merek pun terimbas.

Alhasil, perusahaan restoran berupaya membangun kembali bisnisnya dengan cara saling bersimpati dan pemain saling peduli.

"Cara ini tentu menarik simpati pelanggan. Daya tarik yang mereka disampaikan bukan lagi rasa enak atau promo diskon seperti biasanya tetapi terhadap keberlangsungan usaha bersama," katanya. 

Strategi komunikasi yang tak biasa ini dinilai berhasil membangun kesadaran merek (brand awareness) masing-masing restoran. Namun demikian, preferensi pelanggan dalam memilih restoran saat ini menurutnya masih ditentukan faktor kebersihan, cara memasak, penyajian dan sebagainya. 

"Tentunya ini hanya sementara. Mereka sedang mengingatkan kembali industri kuliner. Jika pandemi berakhir tentu cara konvensional akan kembali digunakan," ujar dia. 

Sedangkan pengajar brand dari Universitas Multimedia Nasional (UMN), Trihadi Purdiawan Erhan sebelumnya mengatakan, bila dipandang dari kacamata awam, apa yang dilakukan oleh Burger King dan waralaba restoran tersebut tampak kontra produktif karena secara suka rela mempromosikan merek pesaing.

Namun, terlepas dari tulus atau tidaknya niat dari Burger King untuk melakukan endorsement terhadap merek pesaingnya, strategi komunkasi ini mampu menarik banyak simpati publik yang menghasilkan exposure cukup besar terhadap perusahaan.

Penerapan New Normal di Restoran (Adi Maulana Ibrahim|Katadata)

Apalagi pengguna medsos secara suka rela membagikan postingan tersebut yang secara langsung akan meningkatkan kesadaran merek (brand awareness). "Selain itu Burger King juga akan mendapatkan citra yang postif dar i kampanye tersebut," kata Trihadi kepada katadata.co.id, Rabu (4/11).

Memang, hal ini tidak serta merta mendorong penjualan Burger King, tetapi yang pasti konsumen mulai terekspose dengan informasi Burger King akan memasukkan merek tersebut sebagai salah satu pertimbangan sebelum membeli.

Senada dengan yang dilakukan Burger King, dalam pesan berjudul "Terima Kasih Burger King Indonesia", Wendys menuliskan pesan simpatik yang konsumennya membeli menu dari restoran lain.

"Nikmati makanan favorit Anda di Burger King, McDonald's, KFC, Carl's Jr, CFC, Pepper Lunch, Baskin Robbins, Pizza Hut, Sate Khas Senayan, Flip Burger, Coffee Bean, Bakmi GM, TGI Firday's, Gyukatsu Nikaido, Kimukatsu, Hokben, Warung Wardani, Kafe Betawi atau rumah makan padang favorit," tulis admin perusahaan melaui akun Instagram.

Gayung bersambut, pesan pun diikutinm dan diteruskan restoran lain. Kafe Betawi mengunggah pesan simpati berjudul "Terima Kasih Wendys Indonesia"  dan mengajak pembelinya ikut memesan di Kopi Kenangan, Dapur Solo, Solaria dan sebagainya.

Demikian juga dengan Bakmi GM yang mengunggah pesan berjudul "Terima Kasih Wendys Indonesia" dan meneruskan ajakan membeli ke restoran kompetitornya seperti Hoka-Hoka Bento, Yoshinoya, Dominos Pizza dan merek waralaba lain melalui pesan antar ataupun take-away.

"Bakmi GM percaya dengan melalui semangat kebersamaan dan saling mendukung satu sama lain, kita semua bisa melewati masa-masa sulit ini," tulis caption unggahan perusahaan.

Konten pesan simpati berbeda diunggah restoran Gokana. Sekilas, pesan berjudul "Jangan Pesan di Gokana" tampak bersimpati dengan kondisi restoran lainnya.

Namun, bukannya merekomendasikan pembelian ke restoran pesaing, Gokana justru menulis nama-nama restoran yang berada dalam satu grup perusahaan, seperti BMK Bakso Mie Kopi, Platinum Resto dan Raa Chaa.

"Itu satu perusahaan semua anyway," tulis pengguna akun instagram dalam kolom komentar @Gokanaresto.

"Kalo berani bilang Hokben, baru (emoticon jempol)," tulis pemilik akun lain.

Bisnis restoran memang terpukul. Wakil Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bidang Restoran Emil Arifin mengatakan, banyak pebisnis restoran menutup sementara  usahanya lantaran sepi pengunjung selama pandemi corona dan PSBB. 

Kebanyakan dari usaha restoran dan kafe yang tutup itu yang berlokasi di mal atau hotel. Alhasil, banyak pelaku usaha wait and see  menjalankan bisnisnya hingga akhir tahun. 

Dia memperkirakan, jika hingga Desember perekonomian dan daya beli tak kunjung bergeliat, sekitar 30%-40% pengusaha restoran, khususnya di mal akan menutup permanen usahanya.

"Ini yang kami khawatirkan. Sebab, dari 50% pengusaha yang beroperasi saat ini sudah tidak lagi mengejar keuntungan, bisa survive saja sudah bagus," kata Emil. 

Oleh karena itu, dia berharap pemerintah bisa menyediakan solusi dan setidaknya mendukung dengan kebijakan yang tidak lagi memberatkan pelaku usaha. PHRI mengusulkan pemerintah segera memberikan bantuan langsung tunai (BLT) kepada pekerja yang terdampak.