Tren bisnis produk perawatan kulit dan tubuh terus berkembang. Meskipun minat pembelian make-up menurun selama pandemi corona, penggunaan produk perawatan tubuh masih stabil. Sejumlah brand kosmetik lokal masih tetap populer di media sosial.
Situs iPrice, melakukan riset tentang pengaruh merek skincare di media sosial, berdasarkan total hastag views brand tersebut di platform Tiktok. Lalu, iPrice mengadaptasikan data brand skincare yang tersedia di platform Sociolla. Produk yang ditampilkan merupakan produk yang tersedia dan secara resmi dijual di Indonesia.
Berdasarkan data iPrice, brand lokal Somethinc menduduki peringkat teratas dengan total hashtag views sebanyak 57.3 juta di Tiktok.
"Ini merupakan total views tertinggi yang dicatat brand skincare lokal, diikuti Wardah dengan total hastag views 17.1 juta. Kedua brand lokal ini sudah mengantongi sertifikasi halal," tulis iPrice dalam risetnya dikutip Senin, (21/12).
Di bawah Wardah, ada Avoskin dengan 15 juta view, diikuti oleh Emina dengan total 11 juta hashtag views. Untuk peringkat kelima diduduki oleh Lacoco dengan total hashtag view sebanyak 5 juta.
Penetrasi produk lokal dengan sertifikasi halal memiliki peranan penting di Indonesia sebagai negara dengan mayoritas muslim. Euromonitor menyebutkan, brand lokal dengan logo halal memiliki kesempatan mengakuisisi konsumer lebih besar dibandingkan yang tidak memiliki logo.
Beralih ke ketegori skincare Korea Selatan, brand Some By Mi menduduki peringkat pertama dengan total hashtag view sebanyak 33 juta diikuti oleh brand Laneige dengan total hastag view sebanyak 24.5 juta.
Jika Some By Mi digolongkan sebagai produk terjangkau,Laneige tergolong sebagai brand skiencare premium.
Pada kategori merek kosmetika barat, produk The Ordinary menduduki peringkat pertama dengan total hashtag view sebanyak 611 juta diikuti oleh brand Garnier dengan total view hampir 121 juta. Diperingkat ketiga ada Cetaphil dengan total hastag viewers sebanyak 57 juta.
"Trend skincare dari produk yang lebih terjangkau mulai menjadi pilihan para penggemar dikarenakan para pengguna mulai semakin pintar dalam memilih bahan dan kandungan dalam produk," tulis iPrice.
Somethinc, Some by Mi dan The Ordinary adalah tiga brand yang digolongkan sebagai produk drugstore (toko obat) dengan harga yang lebih ramah d i kantong.
Meski demikian, produk skincare premium juga mulai diminati konsumen di Indonesia. Mayoritas pengguna segmen produk ini umumnya merupakan wanita karir atau konsumen yang memiliki penghasilan mandiri.
Brand Premium
Berdasarkan data dari Euromonitor, beberapa brand premium yang mulai banyak digunakan tersebut, di antaranya adalah Make Up For Ever, MAC, LaMer, Benefit, Bobby Brown dan SK-II.
Namun, brand premium ini juga bisa dinikmati penggemar berat produk kosmetik (skincare junkie) melalui cara share in jar. Tren pembelian ini mulai populer di Indonesia.
Jika kebanyakan skincare atau kosmetik premium mematok harga tinggi, dengan adanya share in jar pembeli dapat mencoba terlebih dahulu produknya sebelum akhirnya membeli produk dalam kemasan full-size.
Produk skincare yang paling banyak digunakan selama pandemi ini adalah, facial cleanser atau facial wash dan moisturizer. Penggunaan Sunscreen mengalami penurunan signifikan selama pandemi yaitu 13.4% karena dianggap tidak perlu jika hanya beraktivitas di rumah.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), pada triwulan I tahun 2020, kinerja industri kimia, farmasi dan obat tradisional, termasuk sektor kosmetik mengalami pertumbuhan yang signifikan sebesar 5,59%.
Selain itu, kelompok manufaktur ini mampu mengekspor sebesar US$ 317 juta pada semester I- 2020 atau naik 15,2 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Dari sisi ekspor, produk kosmetik Indonesia juga dinilai tak kalah dengan produk luar. Beberapa brand lokal yang berhasil merambah pasar luar negeri di antaranya adalah Wardah, yang belum lama ini mengekspor enam kontainer kosmetik dan perawatan wajah Wardah senilai Rp 22,9 miliar ke Malaysia.
Menteri Perdagangan, Agus Suparmanto mengatakan, ekspansi ini menandakan produk Indonesia cukup kompetitif, sehingga memiliki permintaan di tengah tekanan pandemi dan perekonomian dunia.
Kemendag menilai, potensi ekspor produk kosmetik masih terbuka lebar. Pasalnya, permintaan dunia untuk produk kosmetik dan parfum dunia pada 2019 diperkirakan mencapai US$ 82,40 miliar atau sekitar Rp 1,207 triliun.
Sedangkan, ekspor produk kosmetik Indonesia baru sekitar US$ 135,67 juta atau Rp 1,97 triliun pada Januari- Agustus 2020. Negara tujuan ekspor produk kosmetik Indonesia saat ini adalah Thailand dengan pangsa 18,89% dari total ekspor dan Singapura (16,58% ).
Malaysia berada di posisi ke-3 dengan pangsa sebesar 10,71% diikuti Filipina 9% dan Jepang 6,04%.