Apple Salip Amazon dan Google Sebagai Merek Paling Berharga Dunia

ANTARA FOTO/REUTERS/Mike Segar
Logo Apple Inc terlihat di pintu masuk toko Apple di 5th Avenue di Manhattan, New York, Amerika Serikat, Rabu (16/10/2019).
Penulis: Happy Fajrian
27/1/2021, 15.22 WIB

Apple Inc. mengukuhkan diri sebagai merek paling berharga di dunia berdasarkan riset Brand Finance Global 500 2021. Perusahaan teknologi besutan Steve Jobs ini berhasil menyalip Amazon dan Google yang pada tahun sebelumnya menempati peringkat 1 dan 2.

Menurut riset tersebut, valuasi Apple tahun ini mencapai US$ 263,4 miliar atau sekitar Rp 3.702,9 triliun, naik 87,4% dibanding setahun sebelumnya senilai US$ 140,5 miliar. Sedangkan Amazon di urutan ke-2 dengan valuasi US$ 254,2 miliar (sekitar Rp 3.573,5 triliun), dan di peringkat ke-3 Google dengan valuasi US$ 191,2 miliar (sekitar Rp 2.686,4 triliun).

“Di bawah kepemimpinan Tim Cook, terutama selama lima tahun terakhir, Apple mulai fokus pada pengembangan strategi pertumbuhan di luar produk iPhone,” tulis riset tersebut, dikutip Rabu (27/1).

Sebelumnya, produk iPhone menyumbang sekitar 2/3 pendapatan Apple. Setelah Apple mendiversifikasikan produk dan layanannya, kontribusi iPhone menjadi hanya separuh dari total penjualan, selebihnya disumbangkan oleh layanan App Store, iCloud, Apple Podcast, Apple Music, Apple TV, dan Apple Arcade.

Pada malam tahun baru saja, konsumen App Store Apple membelanjakan hingga US$ 540 juta (sekitar Rp 7,6 triliun) pada barang dan jasa digital. Bahkan kabarnya, Apple akan meluncurkan proyek mobil listriknya yang disebut sebagai “Titan Project” pada 2024.

Kemampuan Apple untuk mentransformasi dan menemukan dirinya berulang kali menjadi faktor pembeda dengan produsen teknologi lainnya. Faktor ini pula yang mengantarkan Apple menjadi perusahaan pertama yang mencapai kapitalisasi pasar US$ 2 triliun pada Agustus 2020.

“Warisan Steve Jobs terus mengalir melalui Apple. Inovasi tertanam dalam DNA merek ini. Dari keberhasilan Apple menjadi merek paling berharga di dunia, kita telah menyaksikan sekali lagi ‘Think Different’ Apple. Dari Mac ke iPod, lalu iPhone ke iPad, kemudian Apple Watch ke layanan berlangganan, to infinity and beyond,” kata CEO Brand Finance, David Haigh.

Amazon dan Meledaknya e-Commerce di Masa Pandemi

Sementara valuasi perusahaan e-commerce besutan Jeff Bezos, Amazon, naik 15% selama setahun terakhir, yakni dari US$ 220,8 miliar menjadi US$ 254,2 miliar atau sekitar Rp 3.573,5 triliun. 

Raksasa ritel dunia ini menjadi salah satu yang paling diuntungkan dengan kondisi pandemi Corona, seiring konsumen beralih ke belanja online karena tutupnya toko fisik. Pada kuartal II dan III 2020, seluruh platform e-commerce membukukan kenaikan penjualan tertinggi sejak 2016.

Melesatnya valuasi Amazon didorong oleh inovasinya selama setahun terakhir. Pada 2020, Amazon membeli 11 pesawat dari maskapai-maskapai yang bisnisnya terpukul pandemi untuk mengembangkan kemampuan logistiknya. Amazon juga mendiversifikasi bisnisnya ke sektor kesehatan dengan Amazon Pharmacy dan alat fitness tracker, Halo.

Sementara itu Google berada pada urutan ke-3 dengan valuasi US$ 191,2 miliar atau sekitar Rp 2.686,4 triliun. Nilai tersebut hanya naik sekitar 1,4% dibandingkan tahun lalu senilai US$ 188,5 miliar. Hal ini lantaran pendapatan perusahaan yang dibangun Bill Gates ini terpukul pandemi.

Selain Amazon, raksasa e-commerce Tiongkok, Alibaba juga menikmati lonjakan transaksi selama pandemi sehingga valuasinya melesat 108,1% menjadi US$ 39,2 miliar. Anak usaha Alibaba, Taobao, valuasinya juga melesat 44% menjadi US$ 53,3 miliar, dan Tmall naik 60% menjadi US$ 49,2 miliar.

Beberapa perusahaan e-commerce lainnya juga menikmati lonjakan valuasi, seperti JD.com yang valuasinya naik 81,9% menjadi US$ 23,5 miliar sejalan dengan lonjakan pengguna tahunannya hingga 30%. Sementara merek e-commerce asal Jepang, Rakuten, valuasinya naik 49% menjadi US$ 7,7 miliar.

Valuasi perusahaan ritel fisik yang mulai mengadopsi teknologi juga mengalami kenaikan yang signifikan. Seperti Target yang naik 30% menjadi US$ 20,7 miliar, dan Walmart naik 20,2% menjadi US$ 93,2 miliar.

Kompetisi yang Ketat di Layanan Streaming dan Gaming

Seiring dengan kegiatan masyarakat yang lebih banyak di rumah, layanan streaming seperti Netflix, Disney, HBO dan Spotify bersaing ketat untuk mencari pelanggan baru. Kompetisi sepertinya dimenangkan oleh Netflix dengan valuasi merek yang naik 9% menjadi US$ 24,9 miliar.

Sementara kompetitornya Disney dan HBO, masing-masing turun sebesar 9% menjadi US$ 51,2 miliar dan 3% menjadi US$ 4 miliar. Sementara layanan streaming musik Spotify valuasi mereknya meroket 39% menjadi US$ 5,9 miliar.

Selama pandemi ini masyarakat juga memiliki waktu lebih banyak untuk bermain. Hal ini terlihat dari valuasi pengembang gim seperti Electronic Arts yang naik 14% menjadi US$ 5,6 miliar, kemudian raksasa gim asal Tiongkok, Tencent melesat 28% menjadi US$ 56,4 miliar, serta Activision Blizzard naik 20% menjadi US$ 6,3 miliar.