Potensi Adopsi Metaverse di Indonesia Tergantung Pengembangan 5G

Disney
Film Wreck It Ralph 2
5/4/2022, 18.49 WIB

Pasar metaverse dinilai potensial. Namun, kesuksesan adopsi teknologi dunia virtual di Indonesia bergantung pada infrastruktur digital, termasuk pengembangan jaringan internet generasi kelima atau 5G.

Metaverse merupakan versi teranyar dari virtual reality (VR) tanpa komputer. Pengguna dapat memasuki dunia virtual menggunakan perangkat berupa headset atau kacamata berbasis augmented reality (AR) maupun VR.

"Ini teknologi yang mampu mengoptimalkan pengalaman hidup yang lebih immersif," kata Direktur Pemberdayaan Informatika, Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika, Kominfo Bonifasius Wahyu Pudjianto dalam Indonesia Data and Economic Conference 2022 (IDE Katadata), Selasa (5/4).

Berdasarkan riset dari PwC, teknologi VR dan AR untuk metaverse meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) global US$ 1,4 triliun pada 2030. 

Selain kontribusi ke PDB global, VR dan AR memberikan dampak ke pekerjaan. Pengembangan kedua teknologi ini dinilai mampu mendorong terciptanya 23,3 juta pekerjaan baru pada 2030.

Teknologi metaverse juga mampu menyusup ke semua lini ekonomi. Sebanyak 25% masyarakat diperkirakan menghabiskan waktunya satu jam per hari di metaverse pada 2026.

Namun, teknologi metaverse bergantung pada pengembangan 5G. "Pemerintah harus menggelar 5G secara masif," katanya. 

Sebab, metaverse membutuhkan akses internet yang cepat dan latensi rendah. "Bayangkan kalau 5G sudah merata, konten akan jauh lebih baik, seperti menonton blockbuster di Hollywood," kata Co-Founder sekaligus CEO WIR Group Michael Budi.

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan