Perusahaan e-commerce Bukalapak menyebut nilai transaksi di platform-nya meningkat dua hingga tiga kali lipat pada tahun ini dibandingkan periode sebelumnya. Bukalapak juga mengalami pertumbuhan 68% jumlah pelapak dibanding tahun lalu. Kini lebih dari 5 juta pelapak bergabung di platform tersebut yang telah tersebar ke seluruh Indonesia.
Bukalapak juga mencatat gross merchandise value (GMV) hingga penghujung 2019 senilai US$ 5 miliar. Adapun laba kotor bukalapak di pertengahan 2019 juga naik 3 kali lipat dibandingkan periode sama 2018 dan berhasil mengurangi setengah kerugian dari EBITDA selama 8 bulan terakhir ini.
(Baca: Tak Ingin Bakar Uang, Bukalapak Fokus Investasi dan Integrasi)
Co-Founder dan Presiden Bukalapak Fajrin Rasyid menjelaskan, terdapat beberapa faktor pendukung yang membuat platform tersebut memperoleh pencapaian.
Pertama, faktor keamanan dan kenyamanan berbelanja di e-commerce. Fajrin mengatakan, saat ini produk fesyen dan elektronik masih mendominasi kategori terfavorit di platformnya. Namun, konsumen juga mulai tertarik membeli produk makanan, kerajinan, dan berbagai produk khas suatu daerah melalui e-commerce.
Perubahan ini didorong kepercayaan konsumen yang semakin yakin dengan keamanan dan kemudahan melalui platform tersebut. "Belanja di e-commerce lebih aman, nyaman, dan mudah untuk mendapatkan produk (UMKM) yang diinginkan konsumen," kata Fajrin di Jakarta, Rabu (18/12).
(Baca: Bukalapak Masuki Era Baru Unicorn, Pendiri Tak Lagi Jadi CEO)
Kedua, semakin meratanya akses distribusi e-commerce di berbagai wilayah di Indonesia. Fajrin mencontohkan, pada awal Bukalapak berdiri sekitar 9 tahun lalu, setengah transaksi perusahaan hanya terjadi di Jabodetabek. Mayoritas pembeli maupun penjual produk berasal dari wilayah tersebut.
"Lalu dua tahun terakhir, (transaksi produk UMKM) di Jabodetabek hanya 30%, artinya bukan berkurang tetapi karena daerah lainnya itu justru tumbuh lebih pesat," ujar Fajrin.
Ia pun mengklaim bahwa hampir 100% produk-produk UMKM dari seluruh wilayah Indonesia sudah tersedia di platform Bukalapak. "Hal ini, juga menjadi salah satu penyebab produk-produk daerah yang khas semakin berkembang dalam 2 sampai 3 tahun terakhir," ujarnya.
(Baca: Video: Sosok CEO Baru Bukalapak Rachmat Kaimuddin)
Terakhir, Fajrin melanjutkan, infrastruktur teknologi dan logistik yang semakin baik juga menjadi faktor pendorong berkembangnya produk-produk UMKM di platform perusahaan. "Lewat infrastruktur yang semakin maksimal, maka membuat konsumen lebih tertarik untuk membeli produk-produk hasil daerah," ujarnya.
Bukalapak juga telah menjalin kemitraan dengan Badan Restorasi Gambut (BRG) untuk pemberdayaan dan peningkatan ekonomi masyarakat di wilayah desa yang didampingi dalam program Desa Peduli Gambut (DPG). Kerja sama ini mencakup pemasaran produk dari desa yang berasal di lima provinsi, yakni Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sumatra Selatan, dan Papua.
Beberapa produk yang bakal dipasarkan dari kelima provinsi itu mayoritas berupa produk olahan makanan seperti keripik kelapa dan nanas hingga kerajinan tangan. Secara bertahap, nantinya para UMKM di wilayah restorasi gambut tersebut juga bakal diperluas dan dibina untuk pengembangan ragam produk lainnya.
(Baca: Bukalapak Target 2 Juta Warung Adopsi Standardisasi Kode QR Tahun Ini)