Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki mencatat, sekitar 14% produk UMKM sudah diekspor. Untuk mengetahui selera pasar baik di dalam maupun luar negeri, ia pun mengkaji peluang kerja sama dengan e-commerce seperti Tokopedia, Bukalapak, dan lainnya.
Teten mencatat, ada sekitar 62 juta UMKM di Indonesia dan menyerap 97% tenaga kerja. Karena itu, menurutnya UMKM bisa menjadi katalisator perekonomian. “Seharusnya UMKM mendapat perhatian,” katanya di Jakarta, Kamis (7/11).
Untuk itu, ia ingin memperluas pasar UMKM. Salah satu caranya dengan mendigitalkan operasional UMKM lewat e-commerce ataupun teknologi finansial (fintech) pembayaran. Ia yakin hal ini bisa meningkatkan daya saing UMKM.
(Baca: Bertemu Menteri Koperasi, Bos Tokopedia Ungkap Peluang UMKM Ekspor)
Terkait ekspor, ia menilai kualitas produk perlu menjadi perhatian. “Harus ada quality processing supaya mereka bisa meningkatkan produksi (dengan teknologi). Nanti kami coba dalam bentuk baru,” kata dia.
Sejalan dengan hal itu, ia melihat potensi UMKM masuk ke platform e-commerce sangat besar. “Yang paling penting, harus punya market intelligence,” katanya. Melalui aplikasi, ia berharap UMKM mendapat insight atau kesimpulan dari data-data terkait pasar.
Dengan begitu, UMKM bisa memahami selera pasar, sehinga memproduksi barang sesuai permintaan konsumen. “Kalau tidak aplikasi ini (e-commerce) akan dikuasai oleh barang-barang impor, karena tadi mereka punya market intelligence,” kata dia.
(Baca: Bukalapak dan Pemerintah Kerja Sama Gaet UKM Berbasis Pesantren)
Sejauh ini, Kementerian Koperasi dan UKM mengajak diskusi Tokopedia dan Bukalapak. Pendiri sekaligus CEO Tokopedia William Tanuwijaya sempat menyampaikan, pertemuan itu membahas tentang cara untuk meningkatkan pendapatan UMKM hingga peluang ekspor.
Selain membuka pasar, UMKM harus berfokus pada kualitas produk dan konsisten. “Kalau sudah diekspor, tetapi dari sisi kualitas tidak bisa bersaing, ya bagaimana mungkin,” kata William beberapa waktu lalu (4/11). Karena itu dia membuat konsep agar UMKM punya daya saing terlebih dulu.
Tak hanya itu, UMKM juga harus mampu memproduksi dalam skala besar jika ingin ekspor. Karena itu, butuh program pelatihan khusus bagi UMKM. Bukan hanya terkait produksi barang, tetapi manajemen kemampuan juga perlu ditingkatkan.
Berdasarkan catatannya, UMKM yang berpeluang mengekspor produk adalah yang bergerak di bidang fesyen dan kosmetik. “Saya belum punya datanya, tetapi potensi ekspornya masih besar sekali,” kata dia.
(Baca: Riset: 89% UKM RI Kembangkan Bisnis Pakai Facebook hingga Instagram)
Beberapa e-commerce juga sudah mengekspor produk lokal Indonesia. Bukalapak misalnya, merambah pasar ekspor dengan meluncurkan BukaGlobal pada pertengahan Mei lalu. Lewat layanan ini, pengguna di Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Hong Kong, dan Taiwan bisa membeli produk Indonesia melalui Bukalapak.
“Makanan khas (Indonesia) diekspor ke lima negara,” kata Presiden Bukalapak Fajrin Rasyid, beberapa waktu lalu (16/7). Makanan khas tersebut meliputi kopi hingga kudapan lokal. Selain itu, Bukalapak telah mengekspor batik dan pakaian tradisional lainnya, serta kerajinan tangan ke lima negara.
Saat ini, Bukalapak telah menggaet lebih dari empat juta UMKM untuk berjualan online. Unicorn ini juga memiliki lebih dari dua juta pedagang offline yang disebut mitra Bukalapak. Mitra berupa warung dan wirausaha mandiri ini sudah hadir di 477 dari 514 kota dan kabupaten di Indonesia.
(Baca: Bukalapak hingga Tokopedia Mulai Incar Pasar Ekspor)
Shopee juga menargetkan bisa mengekspor 5 ribu produk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Indonesia ke Malaysia dan Singapura pada akhir tahun ini. Untuk mewujudkan rencana tersebut, Shopee bakal memaksimalkan gudang (warehouse) di luar negeri.
Hanya, Head of Government Relationship Shopee Indonesia Radityo Triatmojo tidak menjelaskan secara rinci jumlah gudang yang dimiliki di kedua negara tersebut. “Secara logistik, kami akan optimalisasi lokal warehouse di luar negeri,” kata dia, beberapa waktu lalu (12/7).
Ia memperkirakan, pemanfaatan gudang ini akan menurunkan biaya logistik hingga 50%. Dengan begitu, ia berharap harga produk Indonesia kompetitif dibanding buatan negara lain. Selain itu, perusahaan e-commerce asal Singapura ini bekerja sama dengan 17 kementerian dan lembaga (K/L), termasuk Bank Indonesia (BI) yang membina sekitar 40 ribu UMKM.
PT Global Digital Niaga atau Blibli.com juga berencana mengekspor produk lokal ke beberapa negara di Asia. Saat ini, Blibli.com sudah menggaet 100 ribu mitra penjual per Kuartal I 2019.
(Baca: Lazada Bawa Mustika Ratu Tembus Pasar Tiongkok Lewat Tmall)