Marketplace Zilingo mengumpulkan investasi US$ 226 juta atau sekitar Rp 3,2 triliun dalam putaran pendanaan Seri D. Investasi ini didapat dari Sequoia Capital, Temasek, Burda Principal Investments, Sofina, investment fund dari Singapura – EDBI, dan investor beberapa terdahulu.
CEO Zilingo Ankiti Bose mengatakan, tambahan modal ini akan dipakai untuk investasi di bidang infrastruktur dan teknologi e-commerce. "Peran teknologi seharusnya untuk menciptakan pertumbuhan yang inklusif," kata dia dalam siaran pers, Selasa (12/2).
Langkah ini diambil untuk integrasi dan digitalisasi rantai pasok produk fesyen dan kecantikan. "Dalam industri fesyen, ketidakefisienan rantai pasok telah menghalangi para penjual skala kecil dan menengah untuk membuka potensi penuh mereka dibandingkan dengan brand besar," kata dia.
Padahal, Bose ingin menciptakan sebuah marketplace dengan layanan dan produk terbaik di kelasnya untuk semua penjual. "Kami rasa pendekatan ini dapat mendukung pertumbuhan besar bagi para pemasok di Asia Tenggara," ujar dia.
Selain itu, tambahan modal ini akan digunakan juga untuk memperluas pasar e-commerce di Filipina, Indonesia, dan Australia pada 2019.
(Baca: Transaksi Dagang Elektronik Versi E-Smart Kemenperin Capai Rp 1,5 M)
Secara total, Zilingo sudah mengumpulkan pendanaan senilai US$ 308 juta atau sekitar Rp 4,3 triliun. "Kami sangat bersyukur atas dukungan berkelanjutan dari para investor kami dan investor baru yang memiliki visi dan ambisi yang sama untuk membangun perusahaan fesyen terdepan," ujarnya.
Co-founder dan CTO Zilingo Dhruv Kapoor menambahkan, penjual fesyen dan kecantikan saat ini kerap mencari akan fitur yang dapat membantu mereka mengembangkan usahanya. Namun, di saat yang sama, menurutnya ekosistem dipengaruhi oleh teknologi yang sudah ketinggalan zaman.
Untuk itu, ia memandang sangat penting bagi Zilingo untuk membangun produk yang memperkenalkan pembelajaran mesin (machine learning) dan ilmu data (data science) secara efektif kepada para Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Ia mengatakan, teknologi ini mudah untuk digunakan, diadopsi, dan diukur dengan cepat. "Kami berusaha menghubungkan kembali seluruh rantai pasokan dengan produk kami, sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi mereka,” katanya.
(Baca: BPS Sebut Harbolnas Turut Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi 2018)
Chief Executive Officer dan Presiden EDBI Chu Swee Yeok menambahkan, dari US$ 3 triliun total investasi di manufaktur fesyen global, US$1,4 triliunnya di antarnya berasal dari Asia. Jika rantai pasokan di industri ini dioptimalkan, ia optimistis potensinya bernilai miliaran dolar Amerika Serikat (AS).
Menurutnya, Zilingo telah berkembang secara pesat dengan mengintegrasikan platform e-commerce Business to Business (B2B), Business to Costumer (B2C), dan fokus untuk melayani para penjual dengan lebih baik.
Sepengetahuannya, pendapatan Zilingo tumbuh 4 kali dalam setahun terakhir, karena semakin banyak penjual yang bersedia membayar untuk menggunakan layanannya. “Platform komprehensif milik Zilingo ini memungkinkan konsumen untuk memiliki akses yang lebih besar ke beragam penjual fesyen guna memupuk kemitraan lintas batas antara para penjual mikro dan produsen," ujarnya.
Managing Director Sequoia Capital (India) Singapura Shailendra Singh mengatakan, tim Zilingo mengubah ide mereka tentang perusahaan menjadi sebuah platform yang melayani para konsumen, penjual, retailer, brand, dan produsen di bidang fesyen.
"Kami takjub akan kemampuan tim Zilingo untuk menciptakan visi dan mengeksekusi peta jalan (roadmap) yang ambisius dan kami turut bersemangat untuk mendukung perjalanan Zilingo ke depannya," kata dia.