Di Tengah Tahun Politik, Bhinneka Tunda Lagi Rencana IPO

Bhinneka
(dari kiri) Hendrik Tio, CEO & Founder Bhinneka; Vensia Tjhin Chief Omni Channel Officer Bhinneka; Lodewijk Tanamal, Chief of Tech Officer Bhinneka, dan Heriyadi Janwar, Corporate Director Bhinneka di Jakarta, Selasa (8/1)
Penulis: Pingit Aria
8/1/2019, 18.19 WIB

E-commerce spesialis produk elektronik Bhinneka.com menunda rencana go public melalui penawaran saham perdana di tahun politik. Sebagai gantinya, Bhinneka akan menggalang pendanaan seri C.

Perusahaan yang menggarap pasar business-to-business (B2B) ini sebelumnya telah menyatakan siap untuk melantai di bursa sejak tahun lalu. Namun, CEO sekaligus pendiri Bhinneka, Hendrik Tio mengatakan harus menunda rencana tersebut setidaknya dua hingga tiga tahun mendatang.

“Kalau tahun ini kayaknya masih tahun politik ya, sepertinya bukan waktu yang tepat untuk go public,” kata Hendrik di kawasan Senayan, Jakarta, Selasa (8/1).

Dengan tertundanya rencana perusahaan untuk go public, Bhinneka pun berencana untuk menggalang pendanaan. Meski ia tak secara gamblang mengatakan berapa besar dana yang dibutuhkan sebelum mulai melantai di bursa saham.

(Baca juga: Gandeng Bhinneka.com, Anak Usaha Go-Jek Incar Pasar Korporasi)

“Pendanaan seri C mungkin. Kami belum ingin menyatakan angkanya karena kami ingin mencoba mendapatkan investasi yang baik untuk Bhinneka," ujarnya. Pendanaan Seri C biasanya bernilai US$ 25 – 100 juta untuk perusahaan yang telah matang dan siap ekspansi.

Sejak berdiri pada tahun 1993 dan bertransformasi menjadi Bhinneka.com pada 1999, perusahaan menyasar segmen korporasi, pemerintah, dan konsumen. Bhinneka juga mengembangkan sistem omni channel dengan memiliki delapan toko retail di Indonesia.

Hendrik menyatakan, saat ini Bhinneka membutuhkan investasi untuk mengembangkan teknologi  dan melebarkan sayap di ranah B2B. Ia menyebut tahun lalu sektor B2B berkontribusi sebesar 30%, diikuti segmen business-to-consumer (B2C) hanya berkontribusi sebesar 20%.

Kontribusi terbesar perusahaan berasal dari sektor business-to-government (B2G) sebesar 50%. Solusi super app Bhinneka, menurut Hendrik, membantu proses pengadaan barang secara elektronik. Apalagi, super app Bhinneka Bisnis telah terhubung dengan kantor pajak.