E-commerce menjadi topik hangat yang tidak henti dibicarakan orang-orang Indonesia sepanjang 2018. Dari maraknya festival belanja online, kedatangan Jack Ma yang dianggap sebagai salah satu sosok paling berpengaruh di bisnis e-commerce global, hingga potensi menjanjikan sejumlah pemain e-commerce lokal berlabel Unicorn.

Akselerasi pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia merupakan yang terdepan di Asia Tenggara. Dilansir dari laporan terbaru Google dan Temasek, ada perputaran uang sebesar US$ 27miliar dari aktivitas ekonomi digital di negara ini sepanjang tahun 2018. Pertumbuhan ini meningkat hingga 49% sejak tahun 2015.

“Tahun 2018 sendiri sejauh ini menjadi periode terbaik untuk berbelanja online, kata Andrew Prasatya,  Head of Content Marketing iPrice, Jumat (21/12).

Menurutnya, para pemain e-commerce berlomba-lomba memanjakan pelanggan mereka dengan beragam festival belanja yang diklaim penuh diskon dan cashback. Sedikitnya, ada enam agenda festival belanja online digelar di Indonesia sepanjang tahun ini. Contohnya, Harbolnas yang mampu mencatatkan transaksi hingga Rp 6,8 triliun hanya dalam dua hari pada 11-12 Desember 2018.

(Baca: Fintech Ancam Dominasi Bank Sebagai Penyedia Pembayaran E-Commerce)

Secara garis besar, konsumen Indonesia dianggap masih mengutamakan layanan e-commerce lokal daripada regional. “Kepercayaan Softbank pada Tokopedia dalam bentuk investasi sebesar US$ 1,1miliar baru-baru ini terjalin bukan tanpa sebab,” kata Andrew.

Performa perusahaan rintisan yang dipimpin William Tanuwijaya ini begitu mendominasi pasar e-commerce tanah air sepanjang tahun 2018. Data SimilarWeb, jumlah kunjungan di situs Tokopedia selalu berada di atas situs e-commerce lain setiap bulan.



Kunjungan tertinggi Tokopedia terjadi pada bulan September yang mencapai 169 juta pengunjung. Jumlah ini meningkat 123% dari kunjungan awal tahun

Selain Tokopedia, orang Indonesia juga gemar mengakses Bukalapak sebagai tempat berbelanja online. Sejak diumumkan sebagai salah satu unicorn, jumlah pengunjung desktop dan mobile web di situs e-commerce lokal ini senantiasa menanjak dari bulan ke bulan.

Jumlah kunjungan tertinggi Bukalapak terjadi pada bulan November dengan angka 120.580.100 kunjungan. Jika dibandingkan dengan data pada Januari lalu, jumlah kunjungan ke Bukalapak melonjak 135%.

Tren positif Bukalapak mampu menyalip Lazada yang sebelumnya ada di posisi 2 sebagai e-commerce dengan jumlah pengunjung desktop dan mobile web terbanyak di Indonesia.

(Baca: Kominfo Blokir 738 Situs dan Aplikasi Fintech Ilegal Sepanjang 2018)

Tahun ini, Tokopedia dan Bukalapak berada di peringkat 3 dan 4 sebagai e-commerce lokal dengan pengunjung desktop dan mobile web terbanyak di Asia Tenggara. Keduanya mendekati pemain regional seperti Lazada dan Shopee masih bertengger di posisi 1 dan 2.

Sementara Lazada, meski masih menjadi yang paling populer dengan menguasai 25% market share di Asia Tenggara, namun relatif lambat di Indonesia. Kunjungan konsumen dalam negeri ke situs Lazada Indonesia melalui desktop dan mobile web tergolong flutuatif sepanjang 11 bulan belakangan.

“Padahal, penetrasi e-commerce ini tampak menjanjikan di awal tahun berkat akuisisi dan kucuran dana US$2miliar dari Alibaba pada bulan Maret,” kata Andrew.

Data iPrice, Lazada juga berjaya menarik 85 juta kunjungan desktop dan mobile web ketika menggelar Lazada Birthday Fest satu bulan kemudian. Tapi, pada pertengahan tahun kunjungan di situs e-commerce ini menurun hingga titik terendah 33 jutaan pengunjung.

Kendurnya kunjungan di situs Lazada semakin jelas jika dibandingkan dengan jumlah pengunjung Shopee sepanjang tahun ini. Bahkan, untuk pasar Indonesia, Shopee sudah mengalahkan peringkat Lazada pada kuartal III lalu.

Reporter: Desy Setyowati