Cerita Startup Habiskan Rp 1 Miliar untuk Rekrut Talenta Digital

Arief Kamaludin | Katadata
Penulis: Desy Setyowati
Editor: Pingit Aria
8/11/2018, 17.43 WIB

Survei Asosiasi E- commerce Indonesia (idEA) menunjukan, startup nasional mengeluarkan biaya Rp 210 juta hingga Rp 1,1 miliar untuk merekrut talenta di tataran pimpinan atau chief level. Tingginya biaya rekruitmen itu terjadi lantaran minimnya Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang digital di Indonesia. 

Ketua Umum idEA Ignatius Untung merinci, untuk mendapat talenta junior, startup biasanya membayar Rp 13,2- 29 juta. Lalu, biaya untuk mencari talenta dengan kualifikasi menengah biayanya sebesar Rp 25- 79 juta dan untuk senior sebesar Rp 66- 264 juta.

Biaya rekruitmen yang harus dibayarkan kepada head hunter itu belum termasuk gaji dan fasilitas lain untuk pekerjanya sendiri. "Karena ada ketimpangan antara suplai dan permintaan," ujar Ignatius di Jakarta, Kamis (8/11).

Selain itu, rasio pegawai keluar-masuk (turn over) perusahaan digital mencapai 19,22%. Menurutnya, rasio ini sangat tinggi dibanding rata-rata industry lain hanya 10%. "Kalau pegawai ‘dibajak’ kan gajinya akan naik di perusahaan berikutnya. Ini yang menjadi biaya tinggi," kata dia.

(Baca juga: Soal Talenta Digital, Indonesia Masih Kalah dari India)

Kemudian, industri di bidang digital juga belum memiliki basis data mengenai SDM. Bagi startup yang belum dikenal masyarakat, biaya untuk merekrut pegawai juga tinggi. "Ada juga tenaga kerja bagus, tetapi sedang tidak cari pekerjaan," kata dia.

idEA mencatat, talenta digital dengan gaji termahal di Indonesia adalah teknologi informasi seperti programmer. Disusul oleh  produk manajemen, data atau business intelligence, digital marketing, brand manager, dan sales

Sementara, berdasarkan data internal idEA, pertumbuhan perekrutan tenaga kerja di industri ini mencapai 76,8% pada 2018. Namun, angkanya diperkirakan menjadi 35,1% pada 2019. Padahal, perusahaan berpotensi rugi minimal Rp 20 juta per bulan untuk satu posisi yang belum terisi.

Sementara, jika pegawai bertahan di satu perusahaan minimal dua sampai tiga tahun saja, potensi pendapatan yang diterima startup mencapai Rp 720 miliar. "Itu karena aset terbesar startup adalah SDM. Beda dengan perusahaan besar yang memiliki aset seperti tanah, gedung dan lainnya. SDM juga bukan aset yang bakal susut (nilainya)," katanya.

Adapun survei ini dilakukan idEA terhadap 500 startup di Bandung, Jakarta, dan Surabaya. Selain startup, idEA melakukan survei terhadap 500 siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dan 500 guru di ketiga kota tersebut.

(Baca juga: Indonesia Diprediksi Kekurangan 18 Juta Tenaga Ahli pada 2030)

Reporter: Desy Setyowati