Gaya Hidup Milenial jadi Magnet Bisnis Digital

ANTARA FOTO/Budi Candra Setya
Panorama di sekitar patung Sang Hyang Ganesha di Pulau Menjangan, Buleleng, Bali, 8 Januari 2017.
Penulis: Desy Setyowati
Editor: Pingit Aria
25/4/2018, 20.01 WIB

Gaya hidup generasi milenial dianggap sebagai daya Tarik bisnis digital. Chief Financial Officer (CFO) Traveloka Henry Hendrawan mengatakan, ada kecenderungan pekerja milenial membelanjakan uangnya untuk bersenang-senang (leisure), dan ini merupakan ladang bisnis yang besar.

Traveloka menjadi salah satu unicorn di Asia Tenggara, sebab valuasinya lebih dari US$ 1 miliar. "Kami masuk di banyak sisi, travel agent, transportasi, tiket bioskop, kecantikan, dan sebagainya," kata dia saat acara AVCJ Forum 2018 di Hotel Mandarin, Jakarta, Rabu (25/4).

(Baca juga: Lizzie Parra, Influencer yang Sukses Bangun Brand Kosmetik Sendiri)

Yang penting dalam berbisnis, menurut Henry, adalah memperhatikan kebutuhan masyarakat. Terlebih lagi, dengan banyaknya platform digital yang menawarkan kemudahan, kelengkapan layanan menjadi yang utama. Selain itu, penting juta menyediakan metode pembayaran yang lengkap, supaya konsumen mudah bertransaksi.

Senior Investment Director CTrip.com Internasional Ltd Ashley He menambahkan, pasar Indonesia memang potensial bagi bisnis digital karena populasi internetnya yang sangat besar. "Saya tidak heran jika Alibaba, Tencent, dan JD.con masuk ke Indonesia. Potensinya besar," kata dia.

Hanya, ia melihat infrastruktur digital di Indonesia belum cukup memadai. Ia mencontohkan, kecepatan internet di Indonesia belum merata. Selain itu, talenta di bidang digital juga masih minim.

(Baca juga: Saat Perbankan Berlomba Adopsi Teknologi)

Business Development Director Paramount Enterprise Denise Tjokrosaputro pun mengatakan, potensi berbisnis digital di Indonesia sangat besar. Pada sektor pariwisata misalnya, banyaknya lokasi eksotis, ditunjang oleh tingginya minat berwisata masyarakat. “Itu merupakan peluang,” ujarnya.

Reporter: Desy Setyowati