Pertumbuhan bisnis digital di Indonesia rupanya belum diimbangi oleh ketersediaan tenaga kerja ahli. Pemerintah berencana mempermudah izin masuk bagi tenaga kerja asing di bidang digital.
“Kalau diperlukan, pemerintah akan mempermudah masuknya talent asing, tapi harus yang berkemampuan tinggi dan tidak bisa dipenuhi oleh tenaga lokal,” Asisten Deputi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Mira Tayyiba di Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta, Senin (19/2).
Selain itu, sebagai solusi jangka pendek atas kekurangan tenaga ahli di bidang digital, pemerintah juga berupaya menarik diaspora yang sudah berkecimpung di bisnis ini untuk 'pulang kampung'. Langkah lainnya adalah dengan mendorong pendidikan vokasi, termasuk kegiatan magang siswa di perusahaan-perusahaan digital.
"Tapi kami harus cari data dulu mengenai kondisinya sebenarnya bagaimana, baru kemudian kami bisa tahu (langkah) mana dulu yang akan diambil," ujar Mira.
(Baca juga: Geliat Kantor Pos Bertahan dari Tekanan Era Digital)
Saat ini, menurut Mira, Kementerian Koordinator Perekonomian masih menunggu data seputar kegiatan ekonomi digital, terutama e-commerce dari Badan Pusat Statistik (BPS). Setelah terkumpul, biasanya BPS akan mengolah data tersebut selama dua hingga tiga pekan.
Sedangkan untuk yang jangka panjang, pemerintah tengah mengkaji perlunya kurikulum bisnis digital diajarkan di perguruan tinggi. Saat ini, hanya Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung yang berencana membuka program studi Bisnis Digital pada jenjang sarjana (S1) di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB). Program studi tersebut akan dibuka pada tahun akademik 2018/2019 mendatang.
Dari sisi pelaku usaha, CEO Blibli.com Kusumo Martanto merasakan sulitnya mencari tenaga kerja ahli di Indonesia. Menurutnya, perusahaan harus membangun sendiri ekosistem ketenagakerjaan dengan menyediakan fasilitas magang dan mengajak diaspora Indonesia untuk bergabung.
(Baca juga: Kepala BKPM Berkomitmen Akan Jaga Investasi di Sektor Digital).
Kusumo sudah mengajak kerjasama beberapa universitas supaya mahasiswanya bisa melakukan praktik kerja lapangan di Blibli.com. "Di Indonesia, sayangnya mahasiswa masih jarang praktik. Itu akan jadi tantangan," ujarnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh CEO Blanja.com, Aulia Ersyah Marinto. Menurutnya, sulit sekali mendapat tenaga kerja dengan keahlian spesifik seperti kustomisasi platform. "Harapan kami, ada satu universitas khusus yang menelurkan (tenaga ahli di bidang) digital ini. Di Cina sudah ada," kata Aulia.