Perusahaan e-commerce seperti Tokopedia, Bukalapak, Lazada, Shopee, Blibli dan Zilingo gencar menggaet Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memasuki fase normal baru (new normal). UMKM menjadi salah satu sektor yang terkena dampak pandemi corona.
Tokopedia mencatat, 900 ribu UMKM baru bergabung di platform hanya dalam empat bulan, sejak Januari hingga April. Maka, total mitra pedagang Tokopedia mencapai 8,1 juta.
External Communications Senior Lead Tokopedia Ekhel Chandra Wijaya menilai, banyaknya UMKM yang baru bergabung, karena konsumen mulai beralih ke belanja online. Ini bertujuan menekan penularan virus corona.
Oleh karena itu, Tokopedia mempercepat akselerasi digitalisasi UMKM. "Tujuannya memberikan panggung seluas-luasnya bagi UMKM lokal untuk terus berjuang di tengah new normal lewat kanal digital," kata Ekhal dikutip dari siaran pers, Senin (15/6).
Salah satu caranya, Tokopedia memberikan pendampingan dan edukasi untuk pelaku UMKM, yang sudah menjadi mitra maupun yang belum. Perusahaan juga meningkatkan kemampuan fitur, dengan meluncurkan Tokopedia Seller pada April lalu.
(Baca: Bos Shopee & Bukalapak Sebut UMKM Jadi Medan Perang Baru Para Unicorn)
Tokopedia Seller merupakan dashboard untuk memantau aktivitas dan informasi terbaru terkait penjualan dalam satu layar. Di dalamnya terdapat navigasi untuk mengakses fitur penting dengan mudah.
Sama seperti Tokopedia, Lazada pun memberikan pendampingan untuk UMKM yang belum bergabung. Lazada mengajak mitranya untuk menjadi 'guru' dan menggaet lebih banyak penjual untuk berdagang secara online.
Lazada akan mengurasi mitra yang dapat memberikan pelatihan dan pendampingan kepada UMKM lain yang belum berjualan online."Kami mendorong mitra penjual mengadopsi dua sampai tiga UMKM yang akan diberi pelatihan,” ujar CMO Lazada Monika Rudijono saat konferensi pers secara virtual, kemarin.
Program itu merupakan bagian untuk membantu pemerintah menambah dua juta UMKM yang berjualan online. Dengan begitu, target 10 juta UMKM berdagang online hingga akhir tahun ini bisa tercapai.
(Baca: Fase New Normal, UMKM Jadi Medan Perang Baru Gojek dan Grab)
Blibli juga membuat kanal khusus bagi pelaku UMKM, bekerja sama dengan Kementerian Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (UKM). CEO Blibli Kusumo Martanto mengatakan, kanal bernama KUMKM Hub itu bertujuan meningkatkan kualitas produk dan nilai transaksi UMKM.
Kanal tersebut berisi produk dari UMKM binaan kementerian. Blibli menyediakan promosi pengiriman khusus senilai Rp 2 juta bagi penjual. Ada juga akses pembinaan agar UMKM bisa meningkatkan kualitas produknya.
"Kami berikan suport agar UMKM bisa survive dari pandemi, supaya bisa naik kelas, barangnya bisa diekspor juga. Itu goals-nya," kata Kusumo.
Saat ini, 7 ribu UMKM aktif berjualan di Blibli. Total partner UMKM Blibli pun mencapai lebih dari 100 ribu.
(Baca: Grab Ramal UMKM Ramai-ramai Beralih ke Layanan Digital Saat New Normal)
Transaksi khusus produk UMKM tumbuh enam kali lipat selama pandemi. Produk yang paling banyak dicari yakni makanan dan kebutuhan sehari-hari.
Sedangkan Bukalapak telah menggaet hampir enam juta pelapak, lima juta warung dan agen Mitra. Lebih dari 40 ribu jenis produk yang dipasarkan dan ratusan UMKM baru yang bergabung sejak gerakan Bangga Buatan Indonesia diluncurkan pada 14 Mei lalu.
“Pertumbuhan signifikan sekitar 15-20%. Kami juga melihat bisnis beberapa pedagang turun. Untuk itu, penting bagi kami untuk melihat peluang ini, dan menggandeng UMKM di Indonesia agar dapat memanfaatkan peluang yang ada,” kata VP of Merchant Bukalapak Kurnia Rosyada dikutip dari siaran pers.
Shopee pun membina 40 ribu UMKM. “Program edukasi dan pelatihan UMKM diharapkan mendorong minat terhadap produk lokal. Selain itu, dapat mendukung potensi dan keberlangsungan bisnis UMKM,” kata Head of Public Policy & Government Relations Shopee Indonesia Radityo Triatmojo.
(Baca: Latih UMKM Jualan Online, Pelapak di Lazada Dapat Komisi)
Zilingo tak mau ketinggalan. VP and Country Head Zilingo Ade Yuanda Saragih mengatakan, perusahaan membekali UMKM untuk menyambut era normal baru, dengan platform Zilingo Trade.
Melalui platform itu, pelaku UMKM dapat mengakses berbagai layanan solusi bisnis mulai dari pengadaan barang, jasa keuangan, perangkat lunak hingga pemasaran produk. "Kami harap dengan mengembangkan strategi bisnis yang efektif dan efisien, pelaku UMKM dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi," kata Ade.
Riset Facebook dan Bain & Company menunjukkan, 44% konsumen di Asia Tenggara, yang merupakan pengguna internet, berbelanja bahan pokok secara online selama pandemi corona. Kedua perusahaan memperkirakan, kebiasaan ini masih akan menjadi tren meski memasuki normal baru.
Berbelanja bahan pokok melalui e-commerce atau media sosial meningkat drastis sejak April. Sekitar 80% dari konsumen pengguna internet itu berencana terus berbelanja bahan makanan secara online.
"Tren ini akan tetap ada," demikian dikutip dari laporan bertajuk 'Southeast Asia Digital Consumer Trends That Shape the Next Normal', Rabu (10/6).
(Baca: Pemerintah Siapkan Enam Langkah Bangkitkan UMKM Setelah Pandemi Corona)
Hal itu terjadi karena sebagian besar masyarakat diminta mengurangi aktivitas di luar rumah guna menekan penyebaran virus corona. Selain itu, 77% konsumen tersebut lebih sering menyiapkan makanan di rumah, ketimbang membeli ataupun makan di restoran.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menambahkan, digitalisasi UMKM menjadi prioritas pemerintah. Kondisi pandemi mendorong pemerintah untuk mempercepat proses digitalisasi. Begitu juga dengan normal baru, dimana akan semakin banyak lagi UMKM yang masuk ke platform digital.
Menurut Teten, UMKM merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia. Namun, sebagian besar UMKM beroperasi secara offline. "Mereka harus segera melakukan transformasi digital atau akan tertinggal jauh dari UMKM lain yang sudah beralih ke online," kata Teten.
Meski demikian, menurut dia, bermigrasi saja tak cukup lantaran persaingan yang ketat. UMKM tetap harus mendorong peningkatan kualitas.
(Baca: Riset Facebook: Belanja Online Bahan Pokok Tetap Tren Saat Normal Baru)