Google Uji Coba Fitur Belanja YouTube, Saingi Instagram dan E-Commerce

Arief Kamaludin | Katadata
Ilustrasi, suasana jumpa pers YouTube Fanfest 2016 di Jakarta, Jumat, (21/10/2016).
Penulis: Desy Setyowati
12/10/2020, 13.09 WIB

Perusahaan asal Amerika Serikat (AS), Google menguji coba fitur belanja online di YouTube. Ini akan menjadi pesaing Facebook, Instagram, dan e-commerce.

Raksasa teknologi itu meminta pembuat konten (content creator) untuk menandai dan menemukan produk dari video yang diunggah. Tanda ini akan terhubung dengan fitur belanja Google.

Orang-orang yang mengetahui rencana itu menjelaskan, YouTube akan menjadi katalog produk yang memungkinkan konsumen melihat iklan dan klik untuk membeli. Google akan mengintegrasikan fitur baru ini dengan Shopify Inc, e-commerce asal Kanada.

Juru bicara YouTube mengonfirmasi bahwa perusahaan sedang menguji coba fitur belanja melalui video. Perusahaan juga sudah menawarkan langganan bagi pembuat konten, dan mengambil potongan 30% dari transaksi.

“Jika mereka memutuskan berinvestasi di dalamnya, ini peluang besar,” kata Presiden di startup e-commerce Basket Andy Ellwood, dikutip dari Bloomberg, akhir pekan lalu (10/10).

Para eksekutif Google telah mengisyaratkan bahwa YouTube akan menjadi tempat berbelanja sejak beberapa bulan lalu. YouTube juga mengumumkan format iklan responsif yang baru itu pada Juni lalu (19/6).

Format baru itu diluncurkan, karena para pengiklan berusaha menemukan cara baru untuk menggaet konsumen di tengah pandemi Covid-19. Penonton hanya perlu mengeklik dan mengetuk iklan, maka akan diarahkan ke situs web atau aplikasi untuk membeli produk.

Untuk bisa menjual produk melalui YouTube, perusahaan terlebih dulu menyinkronkan Google Merchant Center mereka dengan iklan video. Dengan begitu, mereka dapat memperluas secara visual tombol ‘ajakan untuk membeli’ pada iklan produk.

Chief Executive Officer Sundar Pichai sempat menyarankan agar tautan pada video produk populer diubah menjadi peluang belanja. Unggahan yang dimaksud seperti tutorial tata rias, memasak, dan lainnya.

Layanan belanja online memang diminati selama pandemi virus corona. Ini sebagaimana Databoks di bawah ini:

Berdasarkan laporan AppsFlyer bertajuk ‘The State of Shopping App Marketing 2020 Edition’, waktu yang dihabiskan konsumen Indonesia di platform e-commerce meningkat 70% selama Februari-Juni.

Selain itu, Facebook dan Bain & Company memperkirakan bahwa nilai transaksi belanja online di Indonesia hampir US$ 72 miliar atau sekitar Rp 1.047,6 triliun pada 2025. Angka ini melonjak dibandingkan proyeksi awal US$ 48 miliar.

Proyeksi nilai transaksi belanja online melonjak menjadi US$ 147 miliar di Asia Tenggara pada 2025. Angka ini juga meningkat dibandingkan prediksi awal yang hanya US$ 120 miliar.

Berdasarkan Bloomberg Intelligence, pasar e-commerce di luar Tiongkok diprediksi mencapai US$ 2,8 triliun pada 2025. “Facebook unggul dalam permainan ini,” kata Analis Bloomberg Intelligence Jitendra Waral.

Facebook memang sudah mengembangkan fitur belanja sejak 2018. Pada pekan lalu, Instagram bahkan mengumumkan perluasan layanan belanja ke IGTV. Ini memungkinkan pengguna menonton video dan mengeklik untuk berbelanja.

Kini, layanan belanja tersedia di feed, galeri, IGTV, dan tautan di laman profil. Selain Instagram, fitur seperti ini tersedia di platform Facebook.

Country Director Facebook Indonesia Peter Lydian mengatakan, Facebook Shops memudahkan pelaku bisnis untuk memasarkan produk di platform Facebook dan Instagram. "Kemudahan itu penting agar pelaku UMKM tidak kesulitan menggunakan teknologi, dan berfokus berjualan," kata Peter saat konferensi pers virtual, bulan lalu (1/9).