JD.ID gencar mengembangkan gerai offline di Indonesia di tengah persaingan dengan Shopee hingga Tokopedia. Toko anyar ini berfokus pada produk gaya hidup (lifestyle) dan diberi nama YOJI.
E-commerce bernuansa merah itu meresmikan gerai offline baru pada pekan lalu (22/9). Toko ini berlokasi di Ashta District 8, SCBD, Jakarta Selatan dengan luas 140 meter persegi.
Head of Offline Business JD.ID Eyvette Tung mengatakan, YOJI berfokus menyediakan produk gaya hidup dan teknologi. Barang yang ditawarkan merupakan produk eksklusif pilihan dari berbagai merek (brand).
Ada juga merchandise eksklusif dari JD.ID pada kategori lifestyle untuk koleksi fashion, kecantikan, dan rumah tangga (home living).
Pelanggan dapat menikmati layanan belanja langsung di YOJI, namun transaksinya secara mandiri dan online. JD.ID membuat konsep virtual market dengan tampilan layar LED Interactive Screen.
Konsumen juga mendapatkan opsi lebih banyak dalam bertransaksi. Pelanggan bisa bertransaksi digital secara langsung, melakukan self-pick up di toko, atau memilih instant delivery ke alamat masing-masing.
Eyvette mengatakan, JD.ID gencar mengembangkan gerai offline sejak 2018. Sebelumnya, e-commerce ini membuat gerai offline bernama JD Hub yang memiliki konsep minimarket, yang menawarkan kebutuhan sehari-hari.
Ada juga Wellio yang menjual berbagai peralatan elektronik dan produk kebutuhan rumah tangga.
Menurut Eyvette, strategi itu dilakukan karena JD.ID ingin mempunyai model bisnis yang unik di sektor e-commerce. "Dengan dua platform kuat, online dan offline yang terintegrasi," katanya dalam siaran pers, Selasa (28/9).
Pengembangan gerai offline juga merupakan strategi jangka panjang JD.ID. "Kami ingin memberikan ikatan personal yang bermakna dengan para pelanggan di manapun dan bagaimanapun mereka memilih untuk berbelanja," katanya.
Selain JD.ID, sejumlah e-commerce di Indonesia mengembangkan gerai offline. Bhinneka misalnya, yang memulai bisnis dari toko offline, mempunyai gerai di mal di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek), Surabaya, dan Cibinong.
Chief of Omni Channel Officer (COCO) Bhinneka Vensia Tjhin mengatakan, penjualan melalui online 60% dari total transaksi pada 2019. Sisanya, dijual melalui toko fisik. "Tapi datanya berubah terus. Dua-duanya terus tumbuh," kata dia pada 2019 (18/2/2019).
Kemudian, e-commerce Berrybenka mengembangkan gerai offline bertajuk pop up store. Ini terletak di Jabodetabek, Sumatera, Jawa - Bali, Lombok dan Palembang.
Tokopedia juga mempunyai gerai offline. Pada 2019, perusahaan menggelar aneka instalasi bazar dari produk-produk di official store offline di Lippo Mall Puri Kembangan, Jakarta.
Sebenarnya, sejumlah e-commerce global juga gencar mengembangkan gerai offline. Amazon misalnya, mengusung tren new retail dengan membuat gerai offline bernama Amazon Go.
Pengguna dapat membeli barang tanpa kasir dengan mengandalkan teknologi keceradasan buatan alias artificial intelligence (AI).
Gerai offline itu menyediakan bahan makanan segar atau terbatas pada kelontong, seperti 7-Eleven, Alfamart, dan Indomart.
Konsumen juga dapat memesan barang secara online lalu mencoba produk yang akan dibeli di mal. Jika cocok, dia dapat langsung membawa pulang atau mengirim produk dengan jasa kurir.
Alibaba juga mengembangkan gerai offline Intime sejak 2014. Alibaba Group ingin menggabungkan aspek terbaik dari perdagangan online dan offline.