Bukalapak menyampaikan akan terus menyasar warung dalam jangka panjang, terutama di kota tingkat (tier) dua dan tiga Indonesia. Pasar ini dinilai masih potensial untuk masa depan.
CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin mengatakan, perusahaan berkomitmen menyasar warung di kota tier dua dan tiga setelah mencatatkan saham perdana alias IPO. "Kami percaya diri dengan masa depan itu. Sebab segmen ini sangat potensial," katanya dalam acara Wild Digital Conference, Rabu (10/11).
Ia mengatakan, adanya ratusan ribu pemegang saham Bukalapak saat ini menjadi bentuk validasi atas potensi pasar tersebut. "Dengan validasi dan kepercayaan dari pasar modal, ini membuat kami sangat bersemangat," katanya.
Oleh karena itu, Bukalapak berencana menciptakan lebih banyak produk atau layanan. Tujuannya, membantu lebih banyak pedagang untuk berkembang.
Bukalapak sendiri mempunyai lini bisnis yang menyasar pasar warung yakni Mitra Bukalapak. Lini ini berkontribusi 34% terhadap pendapatan Bukalapak secara keseluruhan pada semester I.
Mitra Bukalapak juga mencatatkan lonjakan pendapatan 350% secara tahunan (year on year/yoy) pada semester I. Unicorn ini sudah menggaet 8,7 juta warung dan kios pulsa.
Bukalapak juga mempunyai pangsa pasar yang besar untuk digitalisasi warung. Berdasarkan survei Nielsen terhadap 3.000 warung di 14 kota pada Juni, total pangsa pasar Bukalapak mencapai 42%.
Presiden Bukalapak Teddy Oetomo juga sepakat bahwa pasar warung di Indonesia akan terus tumbuh dan potensial dalam beberapa tahun ke depan. Riset Euromonitor International 2018 menunjukkan, mayoritas masyarakat Indonesia, India, dan Filipina lebih suka berbelanja di warung atau toko kelontong.
Perusahaan sekuritas CLSA juga mencatat, biaya akuisisi konsumen alias customer acquisition costs (CACs) melalui mitra warung sekitar 10-20% yakni US$ 2 per pelanggan atau kurang dari Rp 30.000.
Biayanya lebih murah dibandingkan cara umum. "Ini ruang yang besar dan harus digarap bersama, bukan hanya Bukalapak sebenarnya," kata Teddy dalam Public Expose 2021 PT Bukalapak.com Tbk, bulan lalu (19/10).
Selain itu, Bukalapak berfokus menyasar pasar kota tier dua hingga tiga. Kota yang menjadi incaran perusahaan seperti Yogyakarta, Manado, Solo, Palembang, dan Pekanbaru
Potensi yang jarang dilirik tersebut dianggap menjadi peluang bagi perusahaan. Ini mengingat, beberapa e-commerce cenderung hanya menyasar pasar kota-kota besar.
Berdasarkan riset internal Bukalapak, 70% transaksi e-commerce terjadi di kota-kota besar. Oleh karena itu, peluang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di luar kota besar dipandang cukup menjanjikan dan berpotensi tumbuh lebih pesat.
Itu juga akan mengambil bagian dari bisnis e-commerce ke depan. Perusahaan juga sudah menerapkan strategi tersebut, karena hampir 70% bisnis Bukalapak dijalankan di luar kota tier satu.