Startup digitalisasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), Keyta mencatatkan pertumbuhan transaksi 300% pada tahun ini. Keyta menyasar pasar penjual online di media sosial seperti Facebook, Instagram, hingga YouTube atau social commerce.
CEO & Founder of Keyta Jacqueline Latip mengatakan, hingga saat ini perusahaan telah menggaet 6.000 penjual di Facebook hingga Instagram. Setiap pekannya, perusahaan mencatatkan peningkatan transaksi sebesar 7%-8%. Sejak Juni 2021 hingga saat ini, pertumbuhan transaksi mencapai 300%.
Keyta menyediakan layanan keyboard serba bisa yang terintegrasi dengan layanan lainnya bagi penjual online di sosial media. Misalnya, Keyta mempunyai fitur auto text agar penjual social commerce bisa berinteraksi secara cepat dengan konsumennya.
Kemudian, ada juga fitur pembuatan invoice, cek kurir, analitik penjualan, hingga laporan transaksi. "Ini membuat efisiensi pemesanan UMKM meningkat. Dalam menyelesaikan orderan juga lebih cepat tiga sampai empat kali lipat," kata Jacqueline dalam konferensi pers virtual pada Senin (6/12).
Ada juga layanan premium agar UMKM yang berjualan di media sosial bisa bertumbuh. Melalui layanan premium itu, penjual bisa membuat e-invoice secara profesional dan membuat katalog produk.
Jacqueline mencatat, sejauh ini penjual produk segar dan kerajinan tangan mendominasi komposisi pengguna platform. Ke depan, perusahaan berencana memperluas pasar ke sektor penjual social commerce yang lebih besar lagi.
Keyta juga menargetkan bisa mencapai pertumbuhan pengguna hingga lima kali lipat pada tahun depan. Sedangkan, ada sejumlah strategi yang akan Keyta jalankan. Pertama, menambah jumlah fitur, seperti fitur pembayaran, paylater, hingga pinjaman modal.
Kedua, menggaet lebih banyak kolaborasi. Saat ini misalnya Keyta gencar berkolaborasi dengan pemerintah daerah untuk memberikan pelatihan UMKM.
Ketiga, memperoleh pendanaan. "Kami akan buka putaran pendanaan pada kuartal pertama tahun depan," kata Jacqueline. Keyta sendiri telah memperoleh pendanaan tahap awal atau seed funding pada Oktober.
Co-Founder and Head of Product of Keyta Michael Latip mengatakan, Keyta menyasar pasar penjual social commerce karena potensinya yang besar. "Kami riset, pasar di segmen social commerce ini akan terus bertumbuh," katanya.
Keyta pernah mengikuti program akselerasi startup dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bernama Studio Startup Indonesia (SSI) pada tahun ini. Selain Keyta, ada 14 startup lain yang lolos seleksi program SSI yakni AturKuliner, AyoBlajar, Bicarakan, Bolu, Eateroo, Finku, FishLog, Gajiku, Imajin, Keyta, Powerbrain, KreatifHub, Sgara, Soul Parking, dan Zi.Care.
Dalam laporan McKinsey berjudul ‘The Digital Archipelago: How Online Commerce is Driving Indonesia’s Economic Development’ pada 2018, penjualan di e-commerce diprediksi tumbuh delapan kali lipat menjadi US$ 40 miliar pada 2022. Sedangkan penjualan di social commerce diramal US$ 25 miliar. Proyeksi ini belum menghitung dampak pandemi virus corona.
Berdasarkan survei KIC terhadap 206 UMKM di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), media sosial menjadi salah satu platform andalan UMKM dalam berjualan. Sebanyak 66,5% masih memanfaatkan toko fisik milik sendiri.
Adapun sebanyak 62,1% pelaku UMKM memilih menggunakan media sosial. Setelah itu baru e-commerce, sebagaimana bagan Databoks di bawah ini:
Sejumlah perusahaan media sosial memang gencar mengembangkan layanan jual beli online mereka di platform. Facebook misalnya sudah membangun layanan belanja online di platform-nya, termasuk Instagram dan WhatsApp sejak 2016.
TikTok juga menyematkan tautan pada bagian profil untuk menghubungkan calon konsumen dengan toko online milik pengguna, pada November tahun lalu. Google memiliki platform khusus untuk berbelanja yakni Merchant Center. Perusahaan pun menguji coba untuk mengintegrasikan layanan ini dengan tautan pada video di YouTube.