Amazon Web Services (AWS) menyiapkan empat strategi untuk bersaing dengan Alibaba hingga Google dalam menggarap pasar komputasi awan atau cloud di Indonesia yang nilainya diperkirakan mencapai US$ 1,2 miliar atau Rp 17 triliun.
Country Manager Indonesia AWS Gunawan Susanto mengatakan, strategi pertama Amazon yaitu memperluas jangkauan pelanggan di Indonesia. Amazon tidak hanya menyasar sektor korporasi atau pemerintahan, tapi juga usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Ini seiring dengan tren digitalisasi UMKM dan adopsi cloud yang mulai tumbuh. Tercatat, sejauh ini ada lebih dari 16 juta UMKM di Indonesia yang telah mendigitalisasi bisnisnya.
Kedua, Amazon akan fokus meningkatkan kemampuan talenta digital di Indonesia. Amazon telah menggelar program pelatihan dan mencetak 200 ribu talenta digital dalam dua tahun terakhir.
"Ini jadi fokus utama. Karena yang jadi penghalang adopsi cloud di Indonesia adalah skill," ujar Gunawan dalam konferensi pers virtual pada Kamis (24/2).
Ketiga, edukasi pasar. "Kami akan terus aktif edukasi pasar di Indonesia, baik perusahaan besar kecil startup, pemerintah, dan lainnya," katanya.
Keempat, menggaet lebih banyak mitra. Terbaru, Amazon berkolaborasi dengan ICS Compute. Melalui kolaborasi tersebut, ICS Compute akan meningkatkan penggunaan layanan AWS tingkat lanjut, seperti analitik data, machine learning, kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), dan serverless untuk mendorong inovasi digital di Indonesia.
"Kolaborasi strategis ini bertujuan membantu pasar Indonesia mendapatkan nilai lebih dari cloud serta mengembangkan generasi baru praktisi cloud yang terampil," kata Founder dan CEO ICS Compute Budhi Wibawa.
Namun, Amazon mesti bersaing dengan Alibaba hingga Google di pasar Indonesia. Alibaba misalnya, akan gencar memperluas kerja sama dengan berbagai perusahaan teknologi dan jaringan. Caranya, memasukkan 200 mitra dari berbagai sektor, mulai dari ritel, keuangan, logistik hingga industri game sampai akhir 2022.
Perusahaan berencana mengkaji penambahan pusat data di Indonesia. Saat ini Alibaba memiliki tiga pusat data di Indonesia. Selain itu, berencana membangun pusat scrubbing data yang diklaim menjadi yang pertama di tanah air.
Pusat scrubbing data merupakan fasilitas untuk membersihkan data secara terpusat dan menjadi tempat lalu lintas, menganalisis, mendeteksi, apabila ada lalu lintas data yang berbahaya.
Amazon juga bersaing dengan Google yang telah meluncurkan region Google Cloud Platform (GCP) di Jakarta pada 2020.
Para penyedia solusi cloud global itu mengincar pasar Indonesia karena potensinya besar. Berdasarkan data dari Statista, pendapatan pasar cloud di Indonesia tumbuh pesat, dari US$ 172,1 juta atau Rp 2,4 triliun pada 2016 menjadi US$ 1,2 miliar atau Rp 17 triliun pada 2022.
Berdasarkan laporan berjudul The Future of Cloud in Asia Pacific dari Cisco dan BCG, pengeluaran infrastruktur informasi dan teknologi (IT), serta public cloud Indonesia merupakan yang terbesar di Asia Tenggara.
Pertumbuhan majemuk tahunan alias compound annual growth rate (CAGR) pengeluaran perusahaan di Indonesia untuk IT 13% selama 2020 - 2024. Sedangkan di Malaysia 10% dan Singapura 8%.
Sedangkan CAGR pengeluaran layanan public cloud di Indonesia 25%. Lebih tinggi dibandingkan Malaysia 23% dan Singapura 20%.