TikTok dan Shopee Bakar Uang Perebutkan Potensi Rp 405 T di Indonesia

Katadata/Desy Setyowati
Aplikasi TikTok dan Shopee
Penulis: Desy Setyowati
10/7/2023, 15.47 WIB

TikTok dan Shopee memperebutkan potensi pasar shoppertainment termasuk live streaming di Indonesia US$ 27 miliar atau sekitar Rp 405 triliun pada 2025. Keduanya juga gencar memberikan diskon atau ‘bakar uang’.

Shopee gencar memberikan promosi selama periode kampanye 7.7. Bahkan rutin menyediakan diskon 50% hingga Rp 30.000 untuk pembelian barang di Shopee Live mulai pukul 20.00 WIB.

Berikut 10 toko teratas yang mencatatkan transaksi terbanyak selama periode diskon 7.7 di Shopee Live:

  1. TokoPapaRaffi
  2. The Originote
  3. Skintific
  4. Maybelline Indonesia
  5. Somethinc
  6. Vivo
  7. Wings
  8. Unilever Indonesia
  9. Scarlet
  10. Inthebox

TokoPapaRaffi dengan duta merek Raffi Ahmad menjadi favorit pengguna dan total transaksi atau pesanan hingga tujuh miliar.

“Banyak streamer dan penjual lain yang memanfaatkan Shopee Live di puncak kampanye 7.7 dan merasakan respons luar biasa hingga dapat meningkatkan penjualan harian lebih dari 50 kali lipat dibandingkan tahun lalu,” kata Shopee dalam keterangan pers, Senin (10/7).

Head of Marketing Growth Shopee Indonesia Monica Vionna mengatakan, fitur live shopping mendapatkan respons positif dari para pelaku usaha dalam memanfaatkan Shopee Live sebagai wadah pemasaran dan penjualan yang bisa meningkatkan performa bisnis.

Oleh karena itu, Monica menyatakan Shopee berkomitmen untuk terus memajukan industri live streaming di Indonesia dengan menghadirkan berbagai inovasi dan inisiatif yang memberikan manfaat bagi seluruh ekosistem Shopee.

Pada periode 7.7 Shopee Live Bombastis Sale, Shopee mencatatkan peningkatan transaksi hingga 12 kali lipat dibandingkan hari biasa. Jumlah pembeli naik hingga 10 kali lipat. 

“Kategori fashion dan beauty menjadi yang terfavorit dan paling banyak dicari dengan peningkatan transaksi melalui Shopee Live yang signifikan,” kata Monica.

Sementara TikTok mengadopsi konsep Shoppertainment, yaitu perdagangan berbasis konten yang mengutamakan hiburan dan edukasi sekaligus mengintegrasikan konten dan komunitas.

Head of Global Business Solutions, Asia Pacific, Middle East, Africa & Central Asia TikTok Shant Oknayan mengatakan, potensi bisnis belanja shoppertainment termasuk live streaming  di Indonesia US$ 27 miliar atau sekitar Rp 405 triliun pada 2025. Di Asia Pasifik, nilainya bisa mencapai US$ 1 triliun.

Data tersebut berdasarkan studi TikTok dan Boston Consulting Group (BCG) yang bertajuk ‘Shoppertainment: APAC's Trillion-Dollar Opportunity’ di seluruh pasar Asia Pasifik, termasuk Indonesia, Thailand, Vietnam, Australia, Korea Selatan, dan Jepang.

Analisis BCG memprediksi pertumbuhan tahunan gabungan alias Compound Annual Growth Rate (CAGR) Shoppertainment 63%. Ada tiga pasar penyumbang teratas di Asia Pasifik, yaitu Indonesia, Jepang, dan Korea Selatan.

Shant menyebut TikTok sebagai rumah bagi Shoppertainment yang memberikan pengalaman berbelanja unik bagi konsumen dan brand.

Berdasarkan data internal Hypefast, alasan merek lokal memilih TikTok Shop yakni:

  • Pemain brand lokal aktif yang lebih sedikit
  • Biaya yang diambil atau merchant fee TikTok Shop lebih rendah
  • Mengusung konsep live shopping
  • Profil konsumen yang sangat responsif terhadap penjualan produk dengan diskon besar

“Perilaku konsumen ini menjadikan lebih banyak brand lokal mengfungsikan TikTok Shop sebagai kanal flashing out inventories,” demikian dikutip data Hypefast.

Sementara brand lokal memilih Shopee karena:

  • Pelanggan aktif
  • Kemudahan merchant tools
  • Subsidi gratis ongkir atau ongkos kirim

“Namun selama setahun terakhir, ada fenomena baru yakni TikTok Shop yang tumbuh secara signifikan sebagai kanal penjualan online,” kata Hypefast.

TikTok diperkirakan menggelontorkan insentif seperti untuk diskon, US$ 600 juta – US$ 800 juta (Rp 9 triliun - Rp 12 triliun) per tahun. Perusahaan Cina ini menargetkan menjadi yang terdepan di Indonesia, bersaing dengan Shopee, Lazada hingga Tokopedia.

“TikTok menghabiskan banyak uang saat ini untuk insentif bagi pembeli dan penjual, yang mungkin tidak berkelanjutan,” kata analis senior di Phillip Securities Research Jonathan Woo dikutip dari CNBC Internasional, pada Mei (26/5).

Jonathan Woo memperkirakan insentif yang disiapkan TikTok US$ 600 juta - US$ 800 juta per tahun atau sekitar 6% - 8% dari target nilai transaksi bruto alias gross merchandise value (GMV) US$ 10 miliar tahun ini.

Reporter: Lenny Septiani