TikTok Shop dikabarkan sudah bertemu dengan lima e-commerce termasuk Tokopedia, Blibli, dan Bukalapak. Perusahaan venture builder asal Singapura, Momentum Works menyebutkan bahwa induk Shopee bersiap mengantisipasi ketatnya persaingan.
Induk Shopee yakni Sea Group mencatatkan rugi US$ 144 juta atau sekitar Rp 2,2 triliun. Padahal sebelumnya perusahaan Singapura ini untung tiga kuartal berturut-turut.
“Sebagian besar kerugian disebabkan oleh Shopee,” kata CEO Momentum Works Jianggan Li dalam keterangan pers, Kamis (16/11).
Jianggan Li menyoroti pertumbuhan nilai transaksi bruto alias GMV Shopee 5% secara tahunan atau year on year (yoy) dan 11,2% secara kuartalan atau quarter to quarter (qtq) menjadi US$ 20,1 miliar atau sekitar Rp 311 triliun selama kuartal III.
Padahal Sea Group menambah anggaran penjualan dan pemasaran Shopee 49,7% yoy menjadi US$ 862 juta atau sekitar Rp 13,4 triliun selama kuartal III. Pada kuartal-kuartal sebelumnya, perusahaan mengurangi biaya ini.
“Salah satu alasan utamanya, Shopee mencoba berbagai cara untuk mempertahankan pangsa pasar melawan TikTok Shop. Ini akan sulit dan mahal,” kata Momentum Works.
Momentum Works memperkirakan, penutupan TikTok Shop di Indonesia per 4 Oktober tidak berdampak besar terhadap transaksi Shopee sepanjang tahun ini.
Alasannya, Indonesia hanya menyumbang sepertiga transaksi TikTok Shop di Asia Tenggara .Selain itu, TikTok Shop mencatatkan hampir tiga order per hari sebelum tutup di Indonesia.
“Akan sulit bagi siapa pun untuk menangkap kembali volume yang hilang itu,” kata Momentum Works. “ Shopee mungkin mengantisipasi TikTok Shop kembali lagi, cepat atau lambat.”
CEO Sea Group Forrest Li pun menyampaikan bahwa perusahaan ingin menggenjot pertumbuhan bisnis e-commerce yaitu Shopee. Ini untuk memaksimalkan profitabilitas jangka panjang.
“Itu supaya bisa menghasilkan pengembalian investasi terbesar bagi para pemegang saham dalam jangka panjang,” kata Forrest Li dalam keterangan pers, Selasa malam (14/11). “Untuk memaksimalkan profitabilitas jangka panjang, memerlukan skala dan kepemimpinan pasar yang kuat.”
Untuk mencapai tujuan jangka panjang itu, induk Shopee mempertimbangkan tiga faktor operasional utama yakni pertumbuhan, profitabilitas saat ini, dan peningkatan pangsa pasar.
“Pada periode ini, kami akan memprioritaskan investasi dalam bisnis untuk meningkatkan pangsa pasar dan memperkuat kepemimpinan pasar lebih lanjut,” ujar Forrest Li.
“Saat ini, kami memiliki skala, pemahaman mendalam tentang pasar, dan eksekusi lokal yang kuat di berbagai geografi. Hal ini memberikan kami keunggulan kompetitif yang luas, dan kami bertujuan memperluasnya lebih lanjut,” Li menambahkan.
Li juga menyampaikan, keuntungan selama tiga kuartal berturut-turut telah meningkatkan cadangan kas dan efisiensi operasional secara signifikan. Oleh karena itu, Sea Group melihat peluang yang sangat baik untuk membangun ekosistem konten e-commerce secara efisien, terutama terkait live streaming.
“Kami bertekad mempertahankan posisi kas yang kuat, tidak bergantung pada pendanaan eksternal, serta berinvestasi sesuai kemampuan pada waktu dan laju yang kita pilih. Pada saat yang sama, mengingat penetrasi e-commerce masih rendah di sebagian besar pasar, kami memiliki tanggung jawab untuk membantu pertumbuhan seluruh ekosistem e-commerce,” ujarnya.