Daya Beli Turun Usai Pemilu, KoinWorks Bank Tahan Plafon Pinjaman Rp 5 M

Dok. KoinWorks Bank
Logo Koinwork Bank
Penulis: Amelia Yesidora
Editor: Yuliawati
9/9/2024, 17.37 WIB

KoinWorks Bank menyiapkan strategi bisnis terkait menurunnya kondisi ekonomi masyarakat. Direktur Utama KoinWorks Bank, Joko Purwanto, menyebut turunnya daya beli kelompok kelas menengah juga disebabkan karena baru selesai Pemilihan Umum alias Pemilu.

“Saya bermain di angka aman, (plafon pinjaman) maksimum Rp 5 miliar,” kata Joko pada wartawan di Kantor KoinWorks, BSD, Tangerang, Senin (9/9).

Joko menyebut kondisi ekonomi Indonesia selalu menurun tiap kali Pemilu, mulai dari 2004, 2009, 2014, 2019, dan saat ini 2024. Dalam pengamatannya, biasanya ekonomi bakal kembali meningkat usai presiden baru resmi naik ke jabatannya.

Saat ini, menurutnya, banyak pihak tengah menahan kebijakan ekonomi lantaran jabatan paling tinggi berada di tangan bupati atau walikota. Bahkan, ada banyak kepala daerah yang dijabat oleh Penjabat atau Pj.

“Nah, pada saat nanti (presiden baru naik), mungkin plafon pinjaman kami bisa sampai Rp 10–15 miliar. Mungkin Januari atau Desember,” ujar Joko.

Sebelumnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut penurunan daya beli masyarakat yang terus terjadi menjadi tantangan bagi industri keuangan. Kendati demikian, industri multifinance dan peer-to-peer atau P2P lending masih dalam posisi aman.

Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK, Agusman menjelaskan, data pertumbuhan piutang Perusahaan Pembiayaan (PP) pada Juli 2024 mengalami pertumbuhan sebesar 10,53% yoy menjadi Rp 494,10 triliun. Pada industri fintech P2P lending, outstanding pembiayaan pada Juli 2024 meningkat menjadi 23,97% yoy, dengan nominal sebesar Rp 69,39 triliun.

"Trend pertumbuhan pembiayaan yang tetap terjaga memberikan sinyal bahwa industri multifinance dan fintech P2P lending memiliki kemampuan dalam memitigasi risiko penurunan daya beli masyarakat sehingga diperkirakan pembiayaan oleh multifinance dan fintech P2P lending dapat melanjutkan pertumbuhan," kata Agusman dalam keterangan resmi dikutip Senin (9/9).

Di sisi lain, Indonesia mengalami deflasi selama empat bulan berturut-turut, kondisi ini terjadi di tengah penurunan kelompok kelas menengah sejak pandemi COVID-19.

Direktur Eksekutif Center for Economic Reform (CORE) Indonesia Mohammad Faisal, menjelaskan deflasi berkelanjutan ini disebabkan oleh penurunan permintaan, konsumsi, dan daya beli masyarakat, berdampak pada pertumbuhan ekonomi.

“Karena kan ekonomi kita 56% dibentuk oleh konsumsi rumah tangga,” kata Faisal kepada Katadata.co.id, Rabu (4/9).

Ia menyebut konsumsi rumah tangga Indonesia saat ini di bawah kondisi 2022 yang pertumbuhannya berada di kisaran 5%. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga Indonesia pada 2024 hanya mencapai 4,9% pada kuartal I dan II.

“Jadi ini memang lebih lambat sekarang konsumsi rumah tangganya dan itu diantaranya disebabkan penurunan daya beli yang terefleksikan dan diindikasikan dari adanya deflasi selama empat bulan berturut ini,” ujar Faisal.

Reporter: Amelia Yesidora