Sektor Ritel dan E-Commerce Jadi Target Utama Serangan Siber Sepanjang 2025
Sektor ritel dan e-commerce tercatat menjadi salah satu target utama serangan siber sepanjang 2025. Laporan keamanan siber Kaspersky menunjukkan meningkatnya berbagai jenis ancaman, mulai dari phishing hingga ransomware, seiring dengan pertumbuhan aktivitas belanja digital dan penggunaan aplikasi daring oleh konsumen.
Dalam laporan 2025 Retail & E-commerce Sector Cybersecurity in Figures, Kaspersky mencatat sebanyak 14,41% pengguna di sektor ritel menghadapi ancaman berbasis web, sementara 22,20% pengguna terpapar ancaman on-device. Adapun rincian catatan laporan adalah sebagai berikut:
- 14,41% pengguna ritel menghadapi ancaman berbasis web.
- 22,20% pengguna mengalami ancaman langsung di perangkat (on-device threats).
- 8,25% perusahaan ritel dan e-commerce terdampak serangan ransomware.
- 152% peningkatan jumlah pengguna B2B yang terdeteksi menghadapi ransomware dibandingkan 2023.
- 6,65 juta upaya phishing diblokir sepanjang November 2024–Oktober 2025.
- 50,58% serangan phishing menyasar langsung pengguna toko online.
Selain ransomware, phishing masih menjadi metode serangan paling dominan di ekosistem belanja daring. Sepanjang November 2024 hingga Oktober 2025, produk Kaspersky memblokir lebih dari 6,6 juta upaya phishing yang menargetkan pengguna toko online, sistem pembayaran, dan layanan pengiriman. Dari total tersebut, 50,58 persen serangan secara khusus menyasar pembeli online, sementara sisanya meniru sistem pembayaran dan layanan logistik.
Kaspersky menilai tingginya aktivitas phishing tidak terlepas dari momentum musim diskon dan puncak belanja. Periode promosi besar dinilai menurunkan kewaspadaan pengguna, sehingga pesan palsu dan tautan berbahaya lebih mudah menyaru sebagai komunikasi resmi dari platform belanja atau penyedia layanan pembayaran.
Chatbot diperkirakan menjadi alat umum untuk pencarian produk, namun interaksi berbasis percakapan ini berpotensi memperluas risiko privasi karena mengumpulkan data pengguna yang lebih rinci.
“Cara orang mencari produk online terus berubah. Pada 2025 terlihat pergeseran dari pencarian berbasis kata kunci ke pendekatan yang lebih percakapan dan visual. Model ini membutuhkan penanganan data yang lebih hati-hati untuk menjaga kepercayaan pengguna,” ujar Web Data and Privacy Analysis Expert Kaspersky, Anna Larkina, dikutip dari laman resmi Kaspersky (18/12).
Ancaman juga datang dari aplikasi seluler. Kaspersky menemukan kasus malware pencuri data yang menyamar sebagai aplikasi pemesanan makanan, menunjukkan bahwa aplikasi yang terlihat sah dan tersedia di toko aplikasi resmi belum tentu sepenuhnya aman bagi data pribadi dan kredensial keuangan pengguna.
Melihat tren tersebut, Kaspersky mengimbau konsumen agar lebih berhati-hati dalam membagikan data pribadi, memverifikasi tautan dan pengirim pesan, serta rutin memantau transaksi keuangan. Sementara bagi pelaku usaha ritel dan e-commerce, penguatan sistem keamanan terhadap phishing dan ransomware dinilai menjadi langkah krusial untuk menjaga kepercayaan pelanggan di tengah meningkatnya ancaman siber.