Perusahaan fintech lending Kredit Pintar telah menyalurkan pinjaman lebih dari Rp 6 triliun sepanjang 2019. Angka itu melebihi target perusahaan, yakni tumbuh 100% dari penyaluran tahun lalu sebesar Rp 2,2 triliun.
Untuk menjaga tren pertumbuhan tersebut, perusahaan berencana untuk merambah berbagai sektor baru, termasuk lini bisnis syariah pada 2020. VP President Kredit Pintar Boan Sianipar mengatakan, layanan syariah punya pasar yang menjanjikan di Indonesia. "Ini masih kami kaji," ujar Boan saat ditemui di Jakarta, Jumat (20/12).
Boan melanjutkan, perusahaan masih harus mempersiapkan sejumlah hal untuk merambah sektor tersebut. Mulai dari membuat unit usaha baru, mengurus rekomendasi dari Dewan Pengawas Syariah (DPS), hingga mengajukan izin ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Menurutnya, perusahaan membuka opsi untuk merambah sektor syariah melalui kolaborasi dengan pemain fintech lainnya. Hanya, ia masih enggan menyebut nama calon mitranya. "Kami bisa saling belajar dan melengkapi untuk membuat industri fintech dan sektor (syariah) ini menjadi lebih baik," ujarnya.
(Baca: Akseleran & Koinworks Direstui OJK, Ini Daftar 25 Fintech P2P Berizin)
Setelah bermitra dengan LinkAja, Kredit Pintar juga membuka peluang untuk berkolaborasi dengan sesama fintech lending. Alasannya, tiap fintech pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
"(Bentuk kolaborasi) tergantung komersialnya. Intinya, kami ingin saling berbagi pengetahuan antarfintech, misalnya terkait OCR (Optical Character Recognition) atau underwriting (indentifikasi resiko). Itu bakal menarik," ujarnya.
Sejauh ini, Boan mengatakan bahwa perusahaan pun masih mengkaji kolaborasi tersebut. Ia berharap, lewat kolaborasi itu nantinya dapat membuat penyaluran pinjaman perusahaan dapat semakin meningkat.
Setelah merilis pinjaman untuk petani pada Mei lalu, Kredit Pintar juga bakal memperluas sektor pinjaman produktif untuk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dan pendidikan.
Selain itu, Boan mengatakan bahwa perusahaan juga tengah mengkaji untuk ekspansi beberapa negara di Asia Tenggara dengan model pinjaman konsumtif alias multiguna. "Kami mencari negara yang mirip kondisinya dengan Indonesia, yang fintech lain sudah memasuki (wilayah tersebut) duluan, dan secara regulasi sudah jelas," ujar Boan.
(Baca: Incar Investor Swasta, LinkAja Galang Pendanaan Seri B Tahun Depan)
Ia melanjutkan, nantinya perusahaan bakal mengganti nama Kredit Pintar sesuai dengan negara yang dituju dan menggunakan bisnis model yang sama dengan di Indonesia yakni menyasar pinjaman konsumtif alias multiguna terlebih dahulu.
Sejak didirikan pada April tahun lalu, Kredit Pintar telah menyalurkan total pinjaman sebesar Rp 8,5 triliun. Pinjaman ini telah disalurkan kepada sekitar 1,9 juta borrower di seluruh Indonesia, di mana 60% di antaranya berasal dari pulau Jawa.