Google: Pasar Baru yang Diincar GoPay hingga LinkAja Naik 5 Kali Lipat

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Ilustrasi, petugas mengarahkan calon pelanggan untuk mengaktifkan salah satu produk 'fintech' pada Indonesia Fintech Summit & Expo 2019 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Senin (23/9/2019). Google menyebutkan, pertumbuhan transaksi layanan berbasis digital di kota kecil dan rural diproyeksi lima kali lipat. Pasar ini diincar GoPay, LinkAja hingga DANA.
Penulis: Desy Setyowati
8/10/2019, 10.09 WIB

Setelah menggaet konsumen di perkotaan, perusahaan teknologi finansial (fintech) pembayaran seperti LinkAja, GoPay, OVO dan DANA mulai menyasar pasar di perdesaan. Google, Temasek dan Bain memperkirakan, nilai transaksi (gross merchandise value/GMV) atas layanan berbasis digital di wilayah rural dan kota kecil (beyond metros) Indonesia tumbuh lima kali lipat sepanjang 2019-2025.

Pertumbuhan itu lebih tinggi ketimbang transaksi di wilayah rural dan kota kecil se-Asia Tenggara yang sebesar empat kali lipat. Bahkan, lebih tinggi ketimbang perkotaan yang hanya dua kali lipat.

“Di Asia Tenggara, pertumbuhan transaksinya tiga hingga empat kali lipat. Di Indonesia sampai lima kali lipat,” kata Managing Director Google Indonesia Randy Mandrawan Jusuf di kantornya, kemarin (7/10).

Hal ini terjadi karena konsumen yang tinggal di beyond metros mulai mengakses layanan berbasis digital. “Tahapannya memasuki inklusi,” kata dia. Sedangkan konsumen di perkotaan (metro) mulai menggunakan layanan berbasis digital untuk kegiatan produktif, seperti mengirim produk lewat Gojek dan Grab.

(Baca: Riset Google: Nilai Ekonomi Digital Indonesia Saat Ini Rp 568 Triliun)

Dalam laporan bertajuk e-Conomy SEA 2019, Google, Temasek dan Bain menyebutkan bahwa pengeluaran per kapita penduduk perkotaan Asia Tenggara empat kali lebih besar ketimbang perdesaan pada tahun ini. Namun, pengeluaran untuk layanan atau produk berbasis digital tumbuh enam kali lipat dibanding rural.

Pengeluaran masyarakat  Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) misalnya, diproyeksi mencapai US$ 555 per kapita pada tahun ini. Sedangkan di wilayah rural sekitar US$ 103 per kapita.

Meski begitu, tanda-tanda masyarakat di rural dan kota kecil bakal massif mengakses layanan berbasis digital mulai terlihat. Berdasarkan catatan Google, 46% pencarian tentang paket internet berasal dari wilayah tersebut. Pencarian terkait perjalanan wisata (travel) di kota kecil dan rural pun tumbuh 1,5 kali lebih cepat ketimbang di perkotaan.

(Baca: Persaingan Ketat, DANA Incar Segmen Perdesaan)

Sebelumnya, CEO Espay Debit Indonesia Koe (DANAVincent Iswara mengatakan, penetrasai pembayaran digital di Indonesia kurang dari 7%. Perusahaannya mulai menggaet pasar perkotaan karena konsumennya lebih mudah menerima layanan baru (early adopter).

“Mereka lebih cepat adopsinya. Lalu, mereka bisa memberi pengajaran ke keluarga mereka di kota lain. Pasarnya sangat besar.  Market mana pun yang kami target kesempatannya masih luas,” kata Vincent kepada Katadata.co.id, beberapa waktu lalu (24/9).

Hal senada disampaikan oleh CEO LinkAja Danu Wicaksana. Bahkan, LinkAja menyediakan layanan pembayaran melalui ponsel lawas (feature phone). Dengan begitu, masyarakat di perdesaan bisa menggunkaan layanan LinkAja.

Head of Corporate Communications GoPay Winny Triswandhani menyampaikan, perusahaannya sejak awal memang mengincar seluruh lapisan masyarakat, termasuk perdesaan. Cakupan GoPay pun lebih luas dibanding induk usahanya, Gojek. “Kami dipakai di daerah yang Gojek saja belum beroperasi. Dari awal tujuannya memang ke sana,” kata dia.

(Baca: Persaingan Bisnis Dompet Digital Makin Ketat dan Mengerucut)

Reporter: Desy Setyowati