Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro menyebutkan, ada empat sektor digital yang berkembang pesat di Indonesia yakni financial technology (fintech); e-commerce; on-demand services; dan, Internet of Things (IoT).
Perkembangan keempatnya diperkirakan akan terus berlanjut hingga 2020. "Pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia hingga saat ini. Ekonomi digital Indonesia diperkirakan mencapai US$ 130 miliar pada 2020," ujarnya dalam acara GovPay GovNext di Hotel Mulia Senayan, Jakarta, Selasa (22/1).
Proyeksi itu pun baru mengukur potensi dari e-commerce. Data Asosiasi E- Commerce Indonesia (idEA) menyebutkan, potensi transaksi di Indonesia terus meningkat dari US$ 8 miliar di 2013 menjadi US$ 20 miliar pada 2016, dan diproyeksi mencapai US$ 130 miliar atau sekitar Rp 1.700 triliun pada 2020.
Menurut laporan Google dan Temasek, ekonomi digital Indonesia diprediksi akan tumbuh tiga kali lipat menjadi US$ 240 miliar pada 2025. "Ini potensi yang luar biasa untuk meningkatkan taraf hidup sekitar 30 juta penduduk Indonesia di bidang e-commerce," ujarnya.
(Baca: Disebut Bisa Jadi Sumber Krisis, BI: Tekfin Bisa Dorong Perekonomian)
Sementara transaksi masyarakat Indonesia menggunakan uang elektronik mencapai US$ 56,98 atau sekitar Rp 747 ribu per kapita pada 2014. Pada 2016, transaksi masyarakat di Indonesia diperkirakan mencapai US$ 14,5 miliar atau setara Rp 190 triliun.
Kemudian, on-demand services seperti Gojek dan Grab juga berpeluang untuk terus tumbuh. Sebab, saat ini 63,4 juta masyarakat Indonesia memiliki ponsel pintar (smartphone). Lalu, 132,7 juta masyarakat Indonesia menggunakan internet.
Sejalan dengan hal itu, ia optimistis IoT juga akan berkembang. Data idEA menunjukkan, pasar potensial bagi IoT di Asia Pasifik mencapai US$ 250 miliar pada 2015. Potensinya diperkirakan meningkat menjadi US$ 583 miliar pada 2020.
"Di Indonesia, kami punya eFishery, Qlue, dan Cubeacon yang menggunakan teknologi IoT," kata Bambang.