Platform financial technology (fintech) Amartha menargetkan penyaluran pinjaman sebesar Rp 700 miliar pada 2018. Namun, per hari ini total penyaluran kreditnya sudah tembus Rp 705,4 miliar.
Pinjaman tersebut disalurkan kepada 167.346 peminjam perempuan. Jumlah ini naik signfinikan dibanding periode sama tahun lalu, yang total ppenyaluran kreditnya hanya sekitar Rp 200 miliar kepada 70 ribu peminjam.
Sebaran peminjam Amartha pun meluas, dari 15 kabupaten/kota per Mei 2018 menjadi 35 kabupaten/kota saat ini. "Pencapaian ini sesuai rencana kami, sekitar Rp 700 miliar. Tumbuh tiga kali lipat dibanding tahun lalu," ujar CEO and Founder Amartha Andi Taufan Garuda Putra di kantornya, Jakarta, Selasa (11/12).
Rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) atau keterlambatan membayar di bawah 90 hari pun masih 0%. Sementara NPL di atas 90% mencapai 0,8%. Menurut Andi, besaran NPL ini masih tergolong wajar. Apalagi, tingkat pengembalian pinjaman di Amartha masih di kisaran 96-97%.
Untuk mempertahankan tingkat kredit macet tetap rendah, Amartha fokus pada penilaian kredit (credit scoring). Untuk itu, dari total 3 ribu karyawan Amartha, mayoritas bekerja di lapangan atau bagian penilaian. Mereka dibekali oleh teknologi yang memungkinkan untuk mengukur kemampuan bayar calon peminjam. Dari situ bakal ditentukan besaran bunganya.
"Kami ada poverty index. Bisa dengan tanya kamar mandi di dalam atau di luar? Masak pakai kompor gas atau kayu? Sampai pertanyaan psikologis untuk memahami risk behaviour mereka," ujar Andi.
(Baca juga: Penetrasi Fintech ke Pembiayaan: Ancaman atau Peluang Perbankan?)
Secara keseluruhan, bunga yang ditetapkan sekitar 12-15% per tahun. Di samping itu, ada biaya administrasi sebesar 5-10% per tahun. Maka, total bunga dan biaya yang mesti dibayarkan oleh peminjam sekitar 15-20% per tahun.
Skema pinjaman Amartha juga tanggung renteng atau kelompok. Setiap pekan, tim ini menyambangi rumah-rumah peminjam untuk menagih cicilan dan memberi arahan seputar pengelolaan keuangan. Dengan begitu, Amartha bisa memastikan usaha peminjam berkembang sehingga bisa melunasi pinjaman.
Sementara jumlah investor individu Amartha sekitar 60 ribu. Lalu, terdapat investor institusional seperti Bank Permata Tbk, PT Bank Mandiri Tbk, dan PT Bank Ganesha Tbk. "Perbandingannya 75% investor retail dan sisanya dari institusional," kata dia. Investor institusional ini bersifat channeling atau bank memberikan pinjaman melalui Amartha.
Pada kesempatan itu, Head, SME Product, Business Support & UORM Bank Permata Haryanto Suryonoto menambahkan, bahwa alasan perusahaannya bekerja sama karena Amartha dinilai memiliki nilai tambah. Apalagi, Amartha fokus pada UMKM yang dikelola oleh perempuan. "Kami memastikan mitra kami comply dengan regulator," kata dia.