Bank Indonesia mencatat sebanyak 3,82 juta merchant financial technology (fintech) pembayaran yang telah mengadopsi Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS) per 3 Juli lalu. Perusahaan fintech pembayaran menyatakan tren penggunaan QRIS meningkat selama pandemi corona atau Covid-19.
CEO & Co-Founder DANA Vincent Iswara mengatakan, selama pandemi corona perusahaan mencatat kenaikan jumlah yang signifikan pada mitra merchant dan usaha mikro kecil menengah atau UMKM DANA. Hingga saat ini, jumlah mitra DANA lebih dari 180 ribu merchant, sedangkan terkait UMKM ada di kisaran lebih dari 120 ribu mitra merchant.
"Sejak pertama kali diimplementasikan, DANA menjadi salah satu penyelenggara jasa sistem pembayaran (PJSP) pertama di Indonesia yang telah 100% menuntaskan penerapan QRIS," ujar Vincent kepada Katadata.co.id, Kamis (9/7).
(Baca: BI Bebaskan Biaya Transaksi QRIS untuk Seluruh Merchant)
Vincent mengatakan, penerapan QRIS diharapkan dapat memudahkan masyarakat menggunakan dompet digital dalam transaksi di merchant yang menyediakan QR Code bertanda QRIS. "Kami optimistis implementasi QRIS berhasil menggugah kesadaran seluruh pelaku ekonomi digital di Indonesia untuk bersama-sama mewujudkan masyarakat nontunai yang semakin inklusif," ujar dia.
Tren QRIS di masa pandemi, menurut Vincent, justru akan membuka peluang lebih besar bagi pelaku usaha yang menggunakan transaksi nontunai di era normal baru dan menciptakan kebiasaan baru penggunaan berbasis QR bagi UMKM. "Terlebih, dengan adanya kebijakan bebas dari biaya transaksi akan memacu jumlah yang lebih besar dalam pembayaran QR," ujar dia.
(Baca: RUU Perlindungan Data Perlu Memuat Sanksi Tegas untuk Fintech Ilegal)
Sementara itu Presiden Direktur OVO Karaniya Dharmasaputra mengatakan, saat ini sudah ada lebih dari 530 ribu merchant perusahaan yang telah mengimplementasikan QRIS. Ia melanjutkan, perusahaannya pun secara penuh mendukung inisiatif QRIS yang telah dilaksanakan sejak Januari 2020 lalu.
"Saat ini merchant kami sudah seluruhnya mengimplementasikan QRIS dan tentunya kami terus berupaya mengajak para merchant di seluruh Indonesia untuk mengimplementasikannya, yakni bekerja sama dengan BI dalam memberikan edukasi serta memastikan mereka dapat merasakan keuntungan dan kemudahan dari pembayaran digital tersebut," ujar Karaniya kepada Katadata.co.id, Rabu (8/7).
Selama periode pandemi corona, Karaniya mengatakan, OVO mencatat adanya pertumbuhan nilai transaksi online commerce mencapai lebih dari 110% dibandingkan sebelum pandemi. Selain itu, perusahaan juga melihat kebiasaan baru pengguna dalam berbelanja secara online di mana mereka beralih belanja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan mengurangi pembelanjaan dalam jumlah besar.
"Kami percaya ke depannya masyarakat mulai semakin terbiasa menggunakan QRIS sebagai alat pembayaran," ujar Karaniya.
Head of Corporate Communications LinkAja Putri Dianita mengatakan, hingga akhir Mei 2020 perusahaan telah bekerja sama dengan lebih dari 208.830 merchant lokal di seluruh Indonesia. "Untuk merchant dengan metode pembayaran QRIS, saat ini 100% merchant tersebut telah mengimplementasikannya," ujar Putri.
(Baca: Diterpa Kabar Merger dengan OVO, Bos DANA Fokus Usaha saat Pandemi)
Putri mengatakan, LinkAja mencatat terjadi peningkatan transaksi di ekosistem lokal termasuk lewat QRIS mencapai 19,5% pada April hingga Mei lalu. Peningkatan terbesar, menurut dia, terjadi pada pasar tradisional yang mengalami kenaikan transaksi sebesar 64%, diikuti dengan modern retail sebesar 12,8%.
Perusahaan, Putri melanjutkan, berharap agar tren transaksi melalui QRIS terus meningkat secara signifikan ke depannya. "Terutama dengan adanya insentif MDR QRIS sebesar 0% dari BI khusus usaha mikro sebagai upaya relaksasi bagi para pelaku ekonomi di tengah pandemi dan diberlakukannya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) Transisi," ujar Putri.
Head of Public Policy & Government Relations GoPay Brigitta Ratih Aryanti mengatakan, perusahaan terus mengakselerasi implementasi QRIS di masyarakat luas, terutama dengan adanya tatanan hidup baru di tengah pandemi corona. Hanya, ia enggan merinci lebih lanjut berapa banyak jumlah merchantnya yang telah mengadopsi QRIS.
"Fokus kami adalah mendorong pedagang kecil, merchant UMKM GoPay untuk beralih ke layanan online termasuk pembayaran dengan QRIS. UMKM adalah komponen sangat penting bagi GoPay, di mana lebih dari 90% merchant kami adalah UMKM," kata Brigitta.
Untuk mempercepat adopsi QRIS bagi UMKM, Brigitta melanjutkan, merchant GoPay juga bisa mengakses kode QRIS melalui super app untuk mitra usaha Gojek, GoBiz. Selain itu, ia mengatakan, perusahaan juga menyiapkan berbagai fitur dan teknologi yang memudahkan para UMKM untuk bermigrasi dari offline ke bisnis online lewat ekosistem Gojek.
Hingga 3 Juli 2020, BI mencatat penggunaan QRIS pada merchant besar mencapai 190.706 alias naik 47% dari 22 Maret lalu, merchant sedang mencapai 333.992 alias naik 26%, usaha kecil menengah (UKM) mencapai 685.328 alias naik 125%, usaha mikro kecil menengah (UMKM) mencapai 2.603.516 alias naik 9%, dan merchant donasi mencapai 9.288 alias naik 132%.
Namun, penggunaan QRIS tersebut masih tergolong sedikit dibandingkan total pelaku UMKM di Indonesia tercatat mencapai 90 juta. BI pun menetapkan kebijakan baru yakni membebaskan biaya transaksi pembayaran QRIS bagi merchant atau pedagang. Biaya transaksi atau merchant discount rate (MDR) QRIS sebelumnya ditetapkan sebesar 0,75%.
(Baca: Marak PHK, Enam Startup Sediakan Layanan Pencarian Kerja)