Anak usaha Alibaba Group Holding, Ant Group menunda rencana pencatatan saham perdana atau initial public offering (IPO) di Shanghai dan Hong Kong yang seharusnya dilakukan Kamis (5/11) kemarin. Padahal, sahamnya diburu investor saat proses penawaran awal alias bookbuilding akhir Oktober lalu.
Dikutip dari Reuters, perusahaan Tiongkok itu menetapkan harga saham di bursa Shanghai 68,8 yuan (US$ 10,27) dan Hong Kong HK$ 80 (US$ 10,32) per lembar. Sebanyak 70% akan dijual kepada investor strategis, sementara 12-18% sisanya antara institusi dan ritel.
Saat bookbuilding, permintaan dari investor ritel di Shanghai 19 triliun yuan atau sekitar US$ 2,8 triliun. Ada kelebihan permintaan (oversubscribed) 872 kali dari nilai yang ditawarkan. Sedangkan di Hong Kong HK$ 1,3 triliun atau setara US$ 168 miliar, juga oversubscribed 389 kali.
Ant Group pun diperkirakan meraup dana segar US$ 37 miliar (Rp 536,5 triliun) jika jadi IPO. Nilainya mengalahkan rekor Saudi Aramco US$ 29,4 miliar (Rp 426,3 triliun) di bursa Riyadh pada Desember lalu.
Perusahaan | Dana Segar saat IPO (US$/miliar) | Bursa |
Saudi Aramco | 29,44 | Saudi |
Alibaba Group Holding | 25,03 | New York |
SoftBank | 23,35 | Tokyo |
Agricultural Bank of China | 22,12 | Hong Kong dan Shanghai |
ICBC | 21,97 | Hong Kong dan Shanghai |
AIA | 20,49 | Hong Kong |
Visa | 19,65 | New York |
General Motors | 18,14 | New York dan Toronto |
NTT Mobile Communications | 18,05 | Tokyo |
Enel SpA | 16,59 | Milan dan New York |
Sumber: Refinitiv
Meski kebanjiran peminat, Alibaba memutuskan untuk menunda IPO Ant Group setelah Jack Ma bertemu dengan regulator People's Bank of China (PBOC) pada Minggu (1/11) waktu setempat. Pertemuan dilakukan seminggu setelah Ma mengkritik PBOC, karena dianggap menghambat inovasi bisnis pinjaman online.
Profesor hukum keuangan China University of Political Science and Law Wei Jingmiao mengatakan, rancangan regulasi itu akan berdampak besar terhadap pendapatan perusahaan. “Setengah dari keuntungan Ant berasal dari pinjaman kecil,” katanya dikutip dari Kr-Asia, Kamis (5/11).
Saat ini peraturan terkait pinjaman mikro baru pada tahap ‘meminta opini publik’. “Bursa Efek Shanghai berhak menangguhkan IPO dengan alasan tidak mengungkapkan informasi yang cukup,” ujarnya. Alhasil, Ant Group perlu menunggu hingga aturan itu diterapkan secara resmi, sehingga dapat menyesuaikan struktur bisnisnya dan menyesuaikan pengajuan penawaran saham perdana.
Wei menilai, regulator tengah mengkaji ulang dampak dari masuknya Ant Group terhadap ekosistem Star Market atau bursa Shanghai. “Ini seperti menjatuhkan ikan paus ke dalam kolam, sementara perusahaan lainnya di papan tersebut mayoritas berukuran kecil dan menengah,” katanya.
Gurita Bisnis Ant Group
Raksasa bisnis Ant Group menggurita ke banyak perusahaan. Perusahaan teknologi finansial (fintech) ini setidaknya memiliki beberapa anak usaha seperti Alipay, Yu'e Bao, Huabei, Xiang Hu Bao, Mybank, dan Zhima Credit.
Alipay menyediakan layanan pembayaran digital, yang diluncurkan pada 2004. Konsumennya mencapai 1,3 miliar yang mayoritas berada di Tiongkok dan 711 juta pengguna aktif bulanan (monthly active users/MAU).
Anak usaha Ant Group ini mengendalikan 55% dari total volume transaksi 201 triliun renminbi (US$ 29,9 triliun) di Tiongkok pada tahun lalu. Sedangkan WeChat Pay milik Tencent menguasai 38,9% pangsa pasar.
Sama seperti dompet digital (e-wallet) di Indonesia, Alipay menyediakan beragam layanan seperti pembayaran tagihan, membeli tiket transportasi hingga bioskop, kalkulasi investasi saham, dan lainnya. Platform ini juga bisa digunakan untuk 27 mata uang.
Dilansir dari The Economist, Ant menghasilkan hampir 52 miliar yuan dari bisnis pembayarannya tahun lalu. Namun pertumbuhannya melambat, turun dari 55% pada 2017 menjadi 36% paruh pertama tahun ini.
Bisnis lainnya yaitu Yu'e Bao atau platform pengelolaan uang (wealth management) yang diluncurkan pada 2013. Di Indonesia, layanan ini mirip Bareksa.
Dikutip dari QZ, dana kelolaan atau asset under management (AUM) Yu’e Bao lebih dari US$ 200 miliar. Dana ini dikelola oleh Tianhong Asset Management. Jumlah penggunanya mencapai 588 juta per Maret tahun lalu.
Di bidang wealth management, Ant Group juga memiliki Ant Fortune yang dirilis pada 2015. Lebih dari 110 perusahaan manajemen aset reksa dana di Tiongkok bergabung ke platform ini, dan menyediakan 4.000 lebih produk.
Perbedaan dengan Yu’e Bao yakni Ant Fortune berbasis teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) atau masuk kategori fintech robo advisor. Di Indonesia, ada beberapa perusahaan jenis ini seperti Investasikita dan Halofina.
Dilansir dari South China Morning Post, perusahaan patungan Ant Group dan Vanguard Group itu merekomendasikan portofolio yang dipilih dari 6.000 reksa dana. Mereka juga meluncurkan layanan investasi otomatis Bang Ni Tou atau Help You Invest pada April lalu.
Di bidang asuransi, Ant Group memiliki Xiang Hu Bao yang menawarkan layanan perlindungan dengan mekanisme klaim bersama (mutual aid) berbasis blockchain yang diluncurkan pada 2018. Per Juni lalu, jumlah penggunanya 106,3 juta lebih.
Layanan itu populer di perdesaan Tiongkok. Dalam laporan resmi Ant Financial Mei lalu, hampir 70% pengguna tidak memiliki asuransi kesehatan komersial. Sedangkan 80% di antaranya berpenghasilan kurang dari US$ 1.180 per bulan.
Ant mencatat, pasar potensial industri ini mencapai 450 juta atau 32% dari populasi Tiongkok pada 2025. Jumlahnya meningkat tiga kali lipat dibandingkan tahun lalu.
Xiang Hu Bao juga mengoperasikan platform jasa perlindungan Ant, dengan lebih dari 70 perusahaan asuransi yang tergabung di dalamnya. Dikutip dari Financial Times, bisnis ini menyumbang 7% pendapatan Ant Group pada tahun lalu dan tumbuh 107% secara tahunan (year on year/yoy).
Di bidang pinjaman, Ant Group memiliki Huabei dan Zhima Credit. Huabei merupakan platform bayar kemudian atau paylater bagi konsumen yang berbelanja online. Pengguna bisa mencicil selama 40 hari hingga 12 bulan. Sedangkan Zhima Credit menyediakan layanan penilaian kredit (credit scoring) untuk swasta dan independen.
Ant Group juga mempunyai bank digital Mybank yang berdiri pada 2015. Lembaga keuangan ini menawarkan proses pinjaman secara online dalam tiga menit dan persetujuan satu detik, tanpa campur tangan manusia.
Mybank telah melayani 29 juta lebih usaha kecil dan mikro (UKM), serta pengusaha perorangan. Pesaingnya yakni Webank milik Tencent.
Dikutip dari Business Wire, rata-rata pinjaman di Mybank 31 ribu renminbi (US$ 4.300) pada tahun lalu, atau meningkat hampir 20% yoy. Sedangkan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) sekitar 1% pada 2019.
Dilansir dari Financial Times, pendapatan Ant Group dari bisnis pinjaman tumbuh 87% yoy menjadi 42 miliar renminbi tahun lalu. Sekitar 500 juta nasabah mengambil pinjaman melalui Alipay dalam 12 bulan terakhir.
Sedangkan saldo pinjaman konsumen mencapai 1,7 triliun renminbi per 30 Juni. Sebanyak 98% kredit diberikan oleh 100 bank mitra.
Ant Group juga memiliki platform berbasis blokchain bernama Antchain. Ini membantu pengguna mengirim uang hingga data seperti musik, video, artikel, dan IP lainnya dengan sertifikasi hak cipta digital.
Platform tersebut tersedia dalam versi beta sejak November 2019. Antchain diklaim sanggup menangani satu miliar transaksi per hari dan memproses 100 ribu pertukaran data per detik.
Anak usaha Alibaba itu juga menyediakan jasa pengiriman uang ke luar negeri atau remitansi, MoneyGram. Perusahaan ini diakuisisi Ant Group US$ 880 juta pada 2017 lalu.
The Economist melaporkan, bisnis pinjaman menyumbang 39% terhadap pendapatan Ant Group pada paruh pertama tahun ini. Dalam prospektus perusahaan layanan non-pembayaran menyumbang 64,2% selama semester I. Porsinya meningkat dibandingkan 45,1% pada 2017 dan 57% tahun lalu.
Margin laba bersih dari layanan non-Alipay juga mencapai 30,2% atau dua kali lipat dari titik puncak tahun lalu. “Dengan laba keseluruhan 21,92 miliar renminbi,” demikian dikutip dari Kr-Asia, Senin (2/11) lalu.
Pendapatan operasional dari divisi pinjaman bernilai kecil mencapai 28,5 miliar renminbi pada paruh pertama tahun ini. Ini menyumbang hampir 40% dari perolehan keseluruhan perusahaan 72,5 miliar renminbi.
Perkembangan bisnis Ant Group bermula dari keluhan Jack Ma terkait sulitnya bisnis skala kecil mendapatkan pinjaman. “Jika bank tidak berubah, kami akan menggantikan bank,” kata dia pada 2008, dikutip dari The Economist (10/10).
Miliuner di Balik IPO Ant Group
Besarnya bisnis Ant Group tersebut menarik minat para investor, sehingga penawaran sahamnya kelebihan permintaan hingga 800 kali lebih. Profesional keuangan berusia 25 tahun di Hong Kong, Harrison Chan misalnya, menghabiskan 40% dari gaji bulanannya untuk membeli saham Ant.
"Saya yakin dengan prospek perusahaan, karena terlibat dalam banyak bisnis yang berbeda. Semuanya berbasis online, yang merupakan arah dunia. Jadi potensinya sangat besar," kata Chan dikutip dari Reuters, akhir Oktober lalu (29/10).
Konsultan dengan salah satu bank di Tiongkok, Ms Qin (23 tahun) memperkirakan, tingginya minat investor ritel dapat memicu mekanisme clawback atau melebihi target porsinya. “Ini hal yang pasti,” kata dia.
Ia menilai, tingginya minat masyarakat terhadap saham Ant berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi Tiongkok dan populasinya yang besar. “Ini sangat berkontribusi bagi bisnis Ant,” kata Qin. Ia juga membeli saham anak usaha Alibaba itu.
Lee Wing-chun, pensiunan berusia 70-an bahkan meminjam HK$ 90 ribu untuk membeli saham Ant. “Saya tidak terlalu tahu apa yang dilakukan Ant Group. Tetapi, Anda akan selalu menang dengan berlangganan saham baru,” ujarnya dikutip dari Financial Times, akhir Oktober lalu (30/10).
Selain investor ritel, setidaknya ada tujuh miliuner yang berinvestasi di Ant Group dengan total US$ 700 juta, berdasarkan analisis Bloomberg dari prospektus perusahaan. Sedangkan tingkat pengembalian dananya hingga 50%.
Pertama, miliuner Hong Kong Li Ka-shing, yang berhubungan dengan Ant pada 2017. Ia berpartisipasi dalam pendanaan Ant dua tahun lalu. Kedua, Yin Chung-yao, anak dari pebisnis Taiwan Samuel Yin yang mengontrol jaringan franchise Auchan di Prancis.
Ketiga, keluarga Chearavanont dari Charoen Pokphand Group Co., yang membangun usaha patungan dengan Ant pada 2016. Keempat, pebisnis Taiwan, Tung yang menjadi komisaris Alibaba sejak 2014.
Kelima, miliuner dari Credit Suisse Group AG Lee Kai-Fu. Keenam, mantan Direktur Operasional Google di Tiongkok. Terakhir, taipan ritel di Tiongkok, Shen Guojun
“Mereka tidak takut untuk mengubah metodologi investasi sebagai respons terhadap dunia digital,” kata wakil presiden eksekutif perbankan dan pasar modal di Capgemini SE di New York Sankar Krishnan dikutip dari Bloomberg, September lalu (8/9). "Mereka ingin berinvestasi di fintech paling bernilai di dunia.”