Fintech Kredivo Dapat Dana Rp 1,4 Triliun dan Target Tumbuh 250%

Kredivo
Aplikasi Kredivo
24/11/2020, 16.39 WIB

Perusahaan teknologi finansial (fintech) Kredivo mendapatkan kucuran dana lini kredit US$ 100 juta atau Rp 1,4 triliun dari perusahaan investasi asal Amerika Serikat (AS) Victory Park Capital (VPC). Tambahan modal ini akan digunakan untuk memperluas pinjaman agar kinerja bisnis tumbuh 250% pada tahun depan.

Co-Founder Kredivo Umang Rustagi mengklaim, pendanaan lini kredit tersebut merupakan yang terbesar yang pernah diterima oleh fintech di Asia Tenggara. Dana segar ini akan dimanfaatkan untuk diversifikasi buku pinjaman yang semuanya berasal dari dana pihak ketiga. 

"Ini akan mengakselerasi skalabilitas bisnis dan merealisasikan target melayani 10 juta pengguna baru dalam beberapa tahun ke depan," kata Umang saat konferensi pers virtual terkait pendanaan lini kredit, Selasa (24/11).

Diversifikasi yang dimaksud yakni pengembangan beberapa produk pinjaman seperti untuk kesehatan (healthcare loan), pendidikan (education loan), dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Head of Marketing Kredivo Indina Andamari menambahkan, pendanaan tersebut juga akan mendukung upaya mencapai target pertumbuhan tahun depan. "Kami optimistis, masyarakat digital sekarang lebih teredukasi menggunakan Kredivo untuk hal yang produktif," ujarnya.

Pada tahun depan, startup tersebut ingin meningkatkan porsi pinjaman ke sektor produktif. "Jadi banyak masyarakat yang pakai (Kredivo) bukan hanya untuk belanja online, tetapi juga meningkatkan arus kas," katanya. 

Saat ini, pinjaman di sektor produktif mencapai lebih dari 20%. Yang paling besar yakni ke sektor konsumtif, terutama belanja online. Meski begitu, berdasarkan data internal Kredivo, jumlah pengguna baru meningkat 42% per kuartal II.

Perusahaan juga berencana memperluas akses pinjaman ke daerah. Saat ini, Kredivo melayani beberapa kota tingkat atau tier dua seperti Medan, Palembang, Manado, Makasar, dan Balikpapan. "Inginnya, portofolio tersebar di luar Jawa," ujarnya.

Kredivo juga beralih fokus dari pembiayaan (lending) menjadi multifinance, “Cara kami beroperasi tidak berubah. Secara DNA, kami perusahaan teknologi, jadi tetap fintech," ujarnya.

Perubahan terjadi setelah Kredivo mengakuisisi PT Swarna Niaga Finance pada awal Oktober lalu. CEO Kredivo Indonesia Alie Tan mengatakan, pembiayaan perusahaan didominasi oleh pembelanjaan produk di mitra, sehingga lisensi multifinance dinilai lebih cocok.

Meski begitu, “Tidak ada yang berubah dari segi bisnis Kredivo dengan adanya akuisisi ini,” kata Alie Tan kepada Katadata.co.id, Oktober lalu (9/10).

Sejak berdiri pada akhir Desember 2015, Kredivo sudah menyalurkan pinjaman kepada sekitar 30 juta peminjam. Tahun ini, perusahaan menargetkan Rp 4 triliun.

Sedangkan Partner di VPC Gordon, Watson mengatakan, Indonesia merupakan pasar paling berkembang di dunia. Oleh karena itu, perusahaan berinvestasi di Kredivo. “Ini investasi pertama VPC di Asia Tenggara," katanya.

Berdasarkan laporan e-Conomy 2020, nilai ekonomi berbasis internet di Asia Tenggara US$ 105 miliar atau sekitar Rp 1.475 triliun pada tahun ini. Sebanyak US$ 44 miliar atau Rp 619 triliun di antaranya disumbang oleh Indonesia.



Nilai ekonomi digital di Indonesia tumbuh 11% dibandingkan tahun lalu (year on year/yoy), sementara Vietnam 16%. Pertumbuhan di Malaysia, Filipina, dan Thailand sekitar 6-7%. Sedangkan Singapura turun 24% menjadi US$ 9 miliar tahun ini, terutama karena sektor pariwisata atau online travel.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan