Banyak Digunakan Milenial, Layanan Investasi Digital Citibank Melonjak
Permintaan layanan investasi di platform digital meningkat pesat saat pandemi Covid-19. Layanan digital dianggap bisa menjangkau kaum milenial untuk berinvestasi.
Wealth Advisory Head Citibank Indonesia Emillya Soesanto mengatakan, pandemi mengubah perilaku konsumen, termasuk dalam berinvestasi. "Ingin yang lebih praktis dan mudah," katanya dalam Webinar Edukasi Literasi Finansial untuk Generasi Muda yang digelar oleh Katadata dan Citibank Indonesia pada Rabu (2/11).
Layanan digital yang memberikan kemudahan dalam berinvestasi pun melonjak. Citibank Indonesia mencatatkan peningkatan hingga 100% di masa pandemi untuk layanan digitalnya.
Perusahaan mempunyai layanan digital dalam berinvestasi, yakni e-mutual fund. "Dulu orang harus datang ke bank, atau ke toko emas untuk berinvestasi, sekarang kan tinggal klik, apabila mau investasi reksadana dan obligasi," ujarnya.
Menurutnya layanan digital juga membuat perusahaan bisa menjangkau segmen milenial. Sebab, milenial dianggap cenderung mengharapkan layanan yang praktis dan mudah, termasuk dalam berinvestasi. "Generasi muda sukanya yang praktis-praktis," ujarnya.
Menurutnya, pangsa pasar milenial itu sangat potensial untuk digarap. Hingga saat ini, porsi milenial atau investor 34 tahun ke bawah di Citibank baru 16%.
Kepala Departemen Literasi dan Inklusi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kristianti Puji Rahayu sepakat bahwa generasi milenial merupakan pasar potensial yang bisa digarap. Sebab, 106,8 juta atau 41,8% dari total penduduk merupakan pelajar, mahasiswa, dan pemuda.
"Apalagi dengan bonus demografi. Ini (milenial) penting, dan menjadi prioritas dalam meningkatkan literasi dan inklusi keuangan," kata Puji.
Meski begitu, riset dari OJK menunjukkan literasi keuangan generasi milenial ini masih rendah. Usia 18-25 tahun memiliki tingkat literasi sebesar 32,1%, sedangkan usia 25-35 tahun memiliki tingkat literasi sebesar 33,5%.
Selain literasi keuangan, minat kaum milenial untuk berinvestasi di Indonesia juga menurutnya masih sangat rendah lantaran investasi dianggap merepotkan. Untuk menjangkau generasi milenial itu dibutuhkan daya tarik, salah satunya dengan layanan digital.
Di sisi lain, tidak hanya melalui perbankan, beberapa platform digital seperti e-commerce kini menyediakan layanan marketplace untuk produk investasi. Mayoritas pembelinya merupakan milenial yang mendambakan produk investasi yang cepat dan aman.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pelaku Usaha Reksa Dana dan Investasi Mauldy Rauf Makmur mengatakan perusahaan e-commerce itu turut berkontribusi terhadap peningkatan jumlah investor reksa dana. Di 2019 akhir misalnya, dari jumlah investor mencapai 1 juta lebih, meningkat dua kali lipat dari tahun sebelumnya.
Ia mengatakan, mekanisme penjualan di e-commerce telah membantu dalam menjangkau pasar investasi di segmen milenial. Sebab, investasi jadi terasa lebih mudah.
Head of Financial & Payment Services Bukalapak Destya Danang Pradityo menyebutkan, pada 2018 48% pembeli reksa dana di platform-nya berusia 25-34 tahun. Lalu, 28% berusia 19-24 tahun dan 1% berumur 14-18 tahun .
Apalagi di masa pandemi, untuk menghindari interaksi fisik, orang banyak mencari layanan digital. Senior Lead Fintech Tokopedia Marissa Dewi mengatakan pada satu bulan pertama pandemi corona mewabah di Indonesia, layanan investasi di Tokopedia mengalami lonjakan permintaan.
Perusahaan mencatat transaksi Tokopedia Emas pada April meningkat dua kali lipat dibanding sebelumnya. Lalu, dana kelola di layanan Tokopedia Reksadana meningkat hingga 30% pada periode yang sama.
"Ketika adanya pandemi, masyarakat menjadi sadar pentingnya punya tabungan dan investasi. Sehingga semakin banyak pula orang yang rajin bertransaksi emas dan reksadana. Itu terlihat dari peningkatan transaksi investasi di Tokopedia," ujar Marissa dalam video conference, September lalu (2/9).