Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) menargetkan sistem nirsentuh multi lane free flow (MLFF) untuk pembayaran jalan tol diterapkan pada tahun ini. Perusahaan teknologi finansial (fintech) pembayaran OVO, LinkAja, dan DANA pun bersiap menerapkan sistem pembayaran berbasis sensor ini.
MLFF menggunakan teknologi sensor untuk mendeteksi pelat nomor kendaraan. Teknologi akan terhubung dengan rekening perbankan maupun akun dompet digital pengguna. Dengan begitu, pengemudi tidak perlu berhenti ketika melewati gerbang tol.
Pemerintah sebenarnya menargetkan penerapan MLFF pada 2018, tetapi molor menjadi tahun ini. Rencananya, sistem pembayaran ini diterapkan berdasarkan lingkup wilayah, bukan per ruas tol.
Saat ini, pemerintah mengkaji skema penerapannya seperti menggunakan platform fintech pembayaran OVO, GoPay, LinkAja hingga DANA. “Kami sangat mendukung rencana ini demi menghadirkan layanan pembayaran di Indonesia yang lebih maju dan komprehensif,” kata Head of Corporate Communication OVO Harumi Supit kepada Katadata.co.id, Senin (4/1).
Penerapan teknologi itu juga menjadi peluang bagi fintech pembayaran untuk berkolaborasi dengan pemerintah. “Ini sejalan dengan target kami untuk menjadi aset strategis nasional, membantu dan mendorong seluruh inisiatif pemerintah terutama dari segi layanan finansial maupun pembayaran,” ujar dia.
Sedangkan Direktur Marketing LinkAja Edward Kilian Suwignyo masih menunggu kebijakan dari Jasa Marga selaku operator jalan tol dalam menentukan skema penerapan MLFF. Jasa Marga juga merupakan pemegang saham LinkAja.
Meski begitu, LinkAja sudah menyiapkan berbagai teknologi apabila dilibatkan nantinya. "Kami bersama Jasa Marga telah menguji coba pembayaran nirsentuh dalam skala terbatas," kata Edward kepada Katadata.co.id, Senin (4/1).
Jasa Marga memang telah mengembangkan teknologi pembayaran nirsentuh Single-Lane Free Flow (SLFF) dengan teknologi identifikasi radio (RFID). Perusahaan pelat merah itu menunjuk anak usahanya PT Jasa Marga Tollroad Operator (JMTO) untuk berkolaborasi dengan LinkAja dalam menguji coba SLFF.
Uji coba dilakukan di Tol Bali-Mandara, kemudian diperluas ke Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Pada tahap awal, ini melibatkan kendaraan operasional Garuda Indonesia dan bus angkutan umum DAMRI.
Sedangkan CEO DANA Vincent Iswara mengatakan, kehadiran teknologi nirsentuh di jalan tol dapat menstimulasi percepatan adopsi pembayaran digital di Indonesia. "Mengingat pembayaran tol merupakan salah satu aktivitas rutin yang dekat dengan keseharian masyarakat," katanya kepada Katadata.co.id, dua bulan lalu (30/11/2020).
DANA menilai, penerapan teknologi itu merupakan peluang bagi startup fintech untuk menggaet pemerintah. "Kami selalu menyambut terbuka setiap kesempatan yang hadir dari berbagai mata rantai ekonomi untuk meningkatkan transaksi digital," ujar Vincent.
Sedangkan GoPay belum memberikan tanggapan terkait rencana penerapan MLFF pada tahun ini. Namun, anak usaha Gojek itu sudah mengkaji RFID sejak 2019.
Pada 2019, Managing Director GoPay Budi Gandasoebrata mengatakan bahwa perusahaan tidak menutup kemungkinan untuk mengadopsi solusi lain seperti RFID. Namun, menurutnya kode Quick Response (QR) masih menjadi solusi terbaik bagi sistem pembayaran di Indonesia.
“Itu karena kode QR mudah dipakai, pengguna sudah familiar, alat yang dibutuhkan sederhana, dan biayanya terjangkau sehingga dapat secara cepat dipakai oleh banyak rekan usaha (scalable), terutama sampai lapisan mikro sekalipun,” kata Budi kepada Katadata.co.id, pada 2019 lalu (15/5/2019).
Bank Indonesia dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Dana (PUPR) mengembangkan pembayaran nontunai di seluruh jalan tol sejak 2017. Ini dilakukan secara bertahap di sejumlah ruas jalan tol dan didukung oleh konsorsium electronic toll collection atau ETC.
Tahap pertama yakni elektronifikasi jalan tol 100% dengan kemudahan isi saldo uang elektronik. Kedua, mengintegrasikan sistem ruas jalan tol, sehingga pengguna cukup menempelkan kartu elektronik di gerbang masuk dan keluar.
Pada tahap ketiga, membentuk konsorsium ETC yang terdiri dari perbankan, Badan Usaha Jalan Tol (BUJT), dan perusahaan switching. Dengan adanya ETC, komisi 0,3% yang sebelumnya dibayarkan oleh bank kepada operator tol diganti menjadi merchant discount rate (MDR). Langkah terakhir yakni pelaksanaan MLFF.