Startup teknologi finansial (fintech) pembayaran GoPay dan OVO memperkuat layanan pada awal tahun ini. GoPay merambah asuransi gadget, sementara OVO mengintegrasikan dompet digital (e-money) dan investasi.
Sebelumnya, layanan asuransi Gojek yakni GoSure menyediakan asuransi layar ponsel retak. Kini, perusahaan menghadirkan perlindungan untuk gadget keseluruhan atau moveable all risk.
“Kami memahami betul pentingnya melindungi gadget yang saat ini hampir menjadi kebutuhan primer masyarakat,” kata Managing Director GoPay Budi Gandasoebrata dalam siaran pers, Rabu (27/1). Sedangkan jumlah pengguna ponsel di Indonesia dapat dilihat pada Databoks di bawah ini:
Gojek dan GoPay bekerja sama dengan startup asuransi (insurtech) PasarPolis untuk menyediakan produk perlindungan gawai tersebut. Asuransi ini mencakup pencurian dan kerusakan yang tidak disengaja, akibat kebakaran, petir, ledakan, cairan hingga bencana alam.
Pengguna bisa mengasuransikan tablet dan jam tangan pintar alias smartwatch dengan jangka waktu perlindungan hingga 12 bulan. Premi yang ditawarkan ada dua yaitu tipe dasar Rp 25 ribu dan premium Rp 50 ribu.
Pesaingnya, OVO juga memperkuat layanan keuangannya. Fintech bernuansa ungu ini mengintegrasikan layanannya dengan platform finansial dan investasi Bareksa.
OVO pun meluncurkan fitur Invest di aplikasi. “Ini terobosan yang pertama kali terjadi di Indonesia, mengintegrasikan e-money dan e-investment, sebagaimana Alipay dan Yu’e Bao di Tiongkok,” kata Presiden Direktur OVO sekaligus CEO Bareksa Karaniya Dharmasaputra dalam siaran pers, Selasa (26/1).
Fintech tersebut sudah berkonsultasi dengan Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mengintegrasikan kedua layanan itu. “Kami berterima kasih atas dukungan BI dan OJK yang pro-inovasi dan visioner dalam pemanfaatan fintech bagi peningkatan inklusi dan pendalaman pasar keuangan,” ujar Karaniya.
Peluncuran fitur Invest juga mengacu pada data OJK bahwa indeks inklusi keuangan di Indonesia 76,2%. Jumlah penduduk dewasa yang memiliki rekening bank per 2019 dapat dilihat pada Databoks di bawah ini:
Sedangkan tingkat literasi keuangan masih rendah yaitu 38%. Pemahaman layanan pasar modal bahkan hanya 1,7%. Angka literasi per daerah pada 2017 dapat dilihat pada Databoks berikut:
Berdasarkan survei OVO dan Kantar terkait kebiasaan investasi generasi milenial, enam dari 10 responden lebih suka menabung ketimbang investasi. Separuh responden pun menilai bahwa investasi reksa dana berisiko tinggi, salah satu alasannya proses pencairan yang tidak ramah dan lamanya memperoleh keuntungan.
Oleh karena itu, OVO meluncurkan fitur Invest. Produknya yakni reksa dana pasar uang Manulife OVO Bareksa Likuid (MOBLI) yang dikelola oleh Manulife Aset Manajemen Indonesia.
Investor bisa berinvestasi reksa dana mulai dari Rp 10 ribu menggunakan OVO dan tidak dibebankan biaya pembelian maupun pencairan dana investasi. Proses pencairannya diklaim instan. Imbal hasil investasi juga diklaim menarik dengan tingkat risiko yang relatif rendah.
Presiden Direktur Interim dari Manulife Aset Manajemen Indonesia Afifa menambahkan, perusahaan aktif mengedukasi masyarakat terkait finansial. “Kami percaya kolaborasi ini akan bermanfaat bagi masyarakat Indonesia dalam meningkatkan literasi dan inklusi reksa dana,” ujar dia.
Financial coach Philip Mulyana mengatakan, ada beberapa keuntungan yang bisa didapat generasi muda bila memulai investasi reksa dana pasar uang sejak dini. Salah satunya, keuntungan 4-6% per tahun dibandingkan menabung secara konvensional yang hanya 2%.
“Investasi reksa dana juga dapat menjadi salah satu opsi tabungan dana darurat yang baik untuk investor pemula,” kata Philip. “Terlebih lagi, fitur pencairan instan, sehingga lebih mudah dicairkan ketika mendadak dibutuhkan.”
Sedangkan pendiri Negeri Pembelajar learning platform dan Mentorgue Fellexandro Ruby memberikan tips untuk memulai investasi sejak dini. Pertama-tama, menyisihkan dana berlebih secara teratur dan menginvestasikannya di instrumen reksa dana.
Ketika dana cukup banyak, bisa mencoba diversifikasi investasi. Ia mencontohkan, dengan membuka bisnis atau membeli aset produktif seperti apartemen maupun rumah untuk disewakan kembali.
“Saat ini, kita dihadapkan dengan situasi pandemi corona. Jadi, harus memiliki kesadaran untuk menyisihkan dana berlebih yang diinvestasikan untuk saat-saat yang tidak terduga,” katanya.